Sejarah dunia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kuneiform dari
Sumeria (2600
SM),
sistem tulisan paling kuno yang diketahui sejauh ini. Setelah sistem
tulisan diciptakan, akhirnya manusia mampu mencatat sejarahnya.
Sejarah dunia adalah
sejarah umat manusia di seluruh
dunia, di semua daerah di
Bumi, dirunut dari era
Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan
sejarah Bumi (yang mencakup sejarah
geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam
arkeologi dan catatan tertulis, dari
zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak
aksara dan sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan, atau zaman
prasejarah.
[1][2] Prasejarah dimulai dari
Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan
Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan
Hilal Subur.
Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat
manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan
dan hewan.
[3] Seiring dengan perkembangan
pertanian, gaya hidup
nomad berubah menjadi gaya hidup menetap sebagai petani.
[a] Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja dalam usaha
panen.
Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan
kota-kota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (
danau dan
sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada masa
3000 tahun sebelum Masehi, telah muncul peradaban di lembah
Mesopotamia (dataran di antara sungai
Tigris dan
Efrat) di
Timur Tengah,
[5] di tepi
Sungai Nil,
Mesir,
[6][7][8] dan di
lembah Sungai Indus.
[9][10][11] Selain itu, peradaban juga muncul di
lembah Sungai Kuning. Di tempat-tempat perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan
aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan niaga.
[12]
Sejarah
Dunia Lama (khususnya
Eropa dan
Mediterania) umumnya terbagi menjadi
Abad Kuno, yang terhitung dari zaman sebelum
476 Masehi;
Abad Pertengahan,
[13][14] dari
abad ke-5 hingga
abad ke-15, meliputi
Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M hingga sekitar 1258 M) dan Zaman
Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M);
[15][16] Abad Modern Awal,
[17] dari abad ke-15 sampai akhir
abad ke-18, mencakup
Abad Pencerahan; dan
Abad Modern Akhir, dari masa
Revolusi Industri hingga sekarang, termasuk
sejarah kontemporer. Dalam sejarah
Eropa Barat, "
Kejatuhan Roma" tahun 476 M umumnya dipandang sebagai penanda akhir Zaman Kuno dan permulaan Abad Pertengahan. Sebaliknya, di
Eropa Timur terjadi transisi dari
Kekaisaran Romawi menjadi
Kekaisaran Bizantium, yang tidak runtuh sampai
berabad-abad kemudian. Pada pertengahan
abad ke-15, teknik
cetak modern yang ditemukan
Johannes Gutenberg merevolusi metode
komunikasi,
[18] dan berperan dalam mengakhiri
Abad Pertengahan serta menjadi perintis dalam
Revolusi Ilmiah.
[19] Pada abad ke-18, akumulasi
pengetahuan dan
teknologi—khususnya di Eropa—telah mencapai massa genting yang menuju kepada
Revolusi Industri.
[20]
Di tempat lain, meliputi
Timur Dekat Kuno,
[21][22] Tiongkok Kuno,
[23] dan
India Kuno, terjadi rentang sejarah berbeda-beda. Pada abad ke-18, karena
perdagangan internasional dan
kolonisasi yang ekstensif, sejarah berbagai peradaban menjadi terjalin secara signifikan (lihat:
globalisasi). Dalam waktu sekitar seperempat
milenium,
angka pertumbuhan jumlah penduduk, pengetahuan, teknologi,
perekonomian, tingkat kerugian senjata, dan kerusakan lingkungan
meningkat drastis, mendatangkan risiko bagi kelayakhunian
Bumi.
[24][25]
Manusia purba
Peta persebaran manusia dan hominid (sekitar 100.000 hingga 1500 tahun yang lalu).
Hominid purba (2,5–0,6 juta tahun lalu)
Hasil perhitungan
jam molekuler mengindikasikan bahwa garis silsilah
hominid yang mengarah pada
Homo sapiens bercabang dengan garis keturunan yang mengarah pada
simpanse (kerabat terdekat manusia modern yang masih hidup) sekitar lima juta tahun yang lalu.
[26] Menurut para ahli,
genus Australopithecine, yang kemungkinan besar merupakan kera pertama yang berjalan tegak, berangsur-angsur menurunkan genus
Homo. Salah satu
spesiesnya,
Homo erectus
(1,9 juta–10.000 tahun lalu) mampu menggunakan peralatan kayu dan batu
sederhana selama ribuan tahun, dan seiring waktu, peralatan yang dipakai
terus diperbagus dan lebih kompleks. Bukti bahwa pemanfaatan api oleh
H. erectus
sudah dimulai sejak 400.000 tahun lalu banyak didukung oleh para
ilmuwan, sementara klaim yang menyatakan jauh sebelum itu kurang
diterima karena kurang meyakinkan dan tidak lengkap.
[27] Sejak sekitar 125.000 tahun yang lalu dan seterusnya,
pemanfaatan api untuk menghangatkan tubuh dan berburu menyebar ke penjuru dunia.
[28]
Pada rentang
Paleolitik (2,6 juta–10.000 tahun lalu),
Homo heidelbergensis—keturunan
H. erectus—menyebar di
Afrika dan
Eropa 600.000 tahun lalu, dan menjadi leluhur bagi manusia
Neanderthal dan
manusia modern. Pada
Paleolitik Madya (300.000–30.000 tahun lalu), manusia modern anatomis (
Homo sapiens) muncul di
benua Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu.
[29] Mereka mengembangkan
bahasa dan repertoar konseptual untuk pemakaman sistematis bagi kerabat yang meninggal dan penghiasan diri bagi yang masih hidup.
[30] Selama periode ini, umat manusia bekerja sebagai
pemburu-pengumpul makanan. Kehidupan dengan harapan akan keberhasilan dalam perburuan juga melahirkan kepercayaan, atau religi purba.
[31] Ekspresi artistik awal dapat ditemukan dalam bentuk
lukisan gua dan
ukiran
yang dibuat dari kayu atau batu. Umumnya manusia purba menggambarkan
hewan buruannya atau aktivitas perburuannya. Selain itu, pada umumnya
mereka hidup
nomadis,
kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung
jumlah hewan buruan di tempat tinggal mereka. Mereka mencapai
Timur Dekat sekitar 125.000 tahun yang lalu.
[32] Dari Timur Dekat, populasi mereka menyebar ke timur menuju
Asia Selatan sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan menuju
Australia sekitar 40.000 tahun yang lalu,
[33] dan untuk yang pertama kalinya,
H. sapiens mencapai teritori yang belum pernah dicapai
H. erectus sebelumnya.
H. sapiens menyebar secara cepat dari
Afrika menuju kawasan bebas es di
Eropa dan
Asia sekitar 60.000 tahun yang lalu. Mereka mencapai pemutakhiran perangai sekitar 50.000 tahun yang lalu.
[29] Mereka mencapai
Eropa sekitar 43.000 tahun yang lalu,
[34] dan akhirnya mereka menggantikan populasi
Neanderthal yang lebih dahulu menduduki kawasan tersebut. Pada masa itu terjadi
periode glasial akhir,
ketika suhu kawasan di belahan utara Bumi sangat tidak layak huni.
Akhirnya umat manusia menghuni hampir dari seluruh bagian bebas es di
muka Bumi sampai akhir glasial, sekitar 12.000 tahun yang lalu.
Asia Timur dicapai sekitar 30.000 tahun lalu. Perkiraan waktu migrasi ke
Amerika Utara
masih diperdebatkan; kemungkinan terjadi sekitar 30.000 tahun lalu,
atau mungkin pada masa berikutnya, sekitar 14.000 tahun lalu. Kolonisasi
Polinesia di
samudra Pasifik bermula sekitar 1300 SM, dan berakhir sekitar 900 M. Leluhur bangsa Polinesia meninggalkan
Taiwan sekitar 5000 tahun lalu.
Kemunculan peradaban
Gambaran aktivitas berkesenian yang dicapai manusia pada zaman purba. Lukisan karya
Paul Jamin (1853–1903).
Lukisan
bison yang dibuat pada Era
Paleolitik Hulu (50.000–10.000 SM) di
gua Altamira,
Spanyol. Lukisan purba merupakan rekam arkeologis tentang keadaan sebelum umat manusia menciptakan sistem tulisan.
Data arkeologis mengindikasikan bahwa
domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan tanaman berkembang di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode
Holosen[35] (sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini).
[36] Di
Timur Tengah,
pertanian berkembang di kawasan
Hilal Subur sejak sekitar 10.000–9000 SM; di
Eropa, ada bukti pembudidayaan
gandum,
domba,
kambing, dan
babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di
Yunani dan
Aegea sekitar 7000 SM
[37]; di
Tiongkok, budi daya
jawawut dimulai sejak 8000 SM;
[38] di
Amerika,
labu dibudidayakan sejak 10.000–8000 SM, sedangkan
jagung sejak 7500 SM.
[39][40] Transisi dari gaya hidup
berburu ke
pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai
Revolusi Neolitik.
Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat, dan dalam
pengelolaannya terciptalah strata pekerja karena tidak seluruh populasi
terjun langsung dalam pertanian.
[41] Pada akhirnya, proses
panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu
wilayah berdaulat.
[41] Pertanian juga menghasilkan surplus
makanan yang mampu menyokong kehidupan orang-orang yang tidak terlibat langsung pada produksi bahan pangan.
[42][43]
Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian
kota-kota pertama di dunia. Kawasan tersebut merupakan pusat
perdagangan,
pabrik, dan
kekuatan politik yang hampir tidak menghasilkan pangan dengan sumber daya sendiri. Kota menciptakan
simbiosis dengan
desa
di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari desa, dan sebagai
gantinya kota menyediakan produk pabrik serta perlindungan dan kendali
militer yang berstrata.
[44]
Perkembangan kota-kota berarti kemunculan
peradaban.
[b] Peradaban awal muncul pertama kali di
Mesopotamia Hulu (3500 SM),
[45] diikuti dengan
peradaban Mesir di sepanjang
sungai Nil (3300 SM)
[8] dan
peradaban Harappa di
lembah sungai Indus (di masa kini merupakan wilayah
Pakistan; 3300 SM).
[46][47]
Masyarakat tersebut mengembangkan sejumlah karakteristik yang sama,
misalnya pemerintahan pusat, struktur sosial dan perekonomian yang
kompleks, sistem tulisan dan bahasa yang canggih, dan agama serta budaya
yang khas.
Aksara
merupakan perkembangan penting lainnya dalam perkembangan sejarah
manusia, karena mendukung administrasi kota-kota dan membuat
pengungkapan gagasan menjadi lebih mudah.
Maulid peradaban
Zaman Perunggu adalah bagian dari
sistem tiga zaman (
Zaman Batu,
Zaman Perunggu,
Zaman Besi)
yang memberi deskripsi sejarah peradaban kuno secara efektif bagi
beberapa kawasan dunia. Selama era tersebut—di kawasan-kawasan yang
paling subur—berdirilah
negara kota
dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia.
Peradaban-perdaban tersebut terpusat pada lembah sungai yang subur:
sungai Tigris dan
Efrat di
Mesopotamia,
sungai Nil di
Mesir,
sungai Indus di
Asia Selatan, dan
Yangtze serta
sungai Kuning di
Tiongkok.
Peradaban yang berada di kawasan sungai merupakan peradaban kuat pada
masa itu karena air diperlukan untuk membangun suatu masyarakat
agraris. Transportasi juga difasilitasi dengan jalur air, baik melalui sungai atau laut.
Mesopotamia
Reruntuhan kota kuno
Ur di
Irak, salah satu tempat perkembangan peradaban
Sumeria (± 3000 SM), dengan
ziggurat Ur (rekonstruksi) sebagai latar belakangnya.
Mesopotamia merupakan region di kawasan
Hilal Subur, tempat berdirinya beberapa
negara kota pada zaman kuno. Pertemuan
sungai Tigris dan
Efrat
di kawasan tersebut menciptakan tanah yang subur dan persediaan air
untuk irigasi. Peradaban-peradaban yang muncul di sekitar sungai
tersebut merupakan peradaban non-nomadis terkuno yang diketahui sejauh
ini. Oleh karena kebudayaan
Sumeria,
Akkadia,
Asiria, dan
Babilonia muncul di daerah tersebut, maka teori yang menyatakan
Mesopotamia sebagai maulid peradaban diakui oleh banyak ilmuwan.
[48]
Sumeria, salah satu peradaban yang berkembang di kawasan
Mesopotamia adalah peradaban kompleks pertama yang diketahui sejauh ini, berkembang dari beberapa
negara kota pada
milenium ke-4 sebelum Masehi. Dalam peradaban inilah tercipta
bata,
roda,
bajak, dan
gerabah untuk pertama kalinya dalam sejarah. Peradaban Sumeria muncul selama
periode Ubaid (6500–3800 SM) dan
Uruk (4000–3100 SM).
Eridu merupakan situs Sumeria tertua, dihuni selama awal periode Ubaid. Terletak beberapa mil di sebelah barat daya
Ur,
Eridu
merupakan tempat perpaduan antara kota kuil di Sumeria (Mesopotamia
bagian selatan) dengan permukiman kuno di wilayah tersebut yang telah
ada sejak sekitar 5000 SM. Bangsa Sumeria bercocok tanam di kawasan
sungai Tigris dan
Efrat.
Surplus pangan memicu pembagian kerja. Hal ini disebabkan karena tidak
semua orang terjun ke bidang pertanian. Akhirnya, terciptalah strata
dalam masyarakat, sehingga terbentuklah
piramida sosial.
Pada bangsa Sumeria, raja, pendeta, dan pejabat pemerintahan berada
pada puncak piramida. Di bawah mereka terdapat pegawai, pedagang,
petani, dan nelayan. Dasar piramida merupakan tempat bagi para budak.
Budak biasanya merupakan bekas tahanan,
narapidana, atau orang yang terlilit hutang.
Di kawasan Mesopotamia, bentuk tulisan terawal, yaitu
huruf paku (
kuneiform), muncul sekitar 3000 SM. Kuneiform berawal dari sebuah sistem
piktograf. Gambar-gambar representasi tersebut berangsur-angsur menjadi lebih sederhana dan abstrak. Kuneiform ditulis pada
sabak tanah liat, dan
hurufnya digambar dengan buluh yang berfungsi sebagai
stilus.
Dengan dibuatnya tulisan, administrasi suatu negara besar menjadi lebih
mudah. Bagi bangsa Sumeria, hanya anak orang kaya dan bangsawan saja
yang berhak mendapatkan pendidikan baca-tulis. Mereka belajar di tempat
yang disebut
edubba. Hanya anak lelaki yang belajar di
edubba
saja yang berhak menjabat sebagai kerani atau juru tulis. Budaya
menulis telah menyumbangkan catatan sejarah akan keberadaan peradaban
ini. Salah satu karya tulis tertua di dunia, yaitu
wiracarita Gilgamesh, berasal dari peradaban ini.
Pada abad ke-24 SM,
Kekaisaran Akkadia berdiri di
Mesopotamia.
[49] Beberapa abad berikutnya, awal kerajaan
Asiria berdiri, disusul dengan
Babilonia.
Sungai Nil
Lukisan kegiatan bercocok tanam, dari zaman
Mesir Kuno, sekitar 1200 SM. Di tempat-tempat kelahiran peradaban, kegiatan bercocok tanam mengakhiri periode berburu dan hidup nomaden.
Daerah aliran
sungai Nil di
Afrika Utara merupakan tempat perkembangan peradaban
Mesir Kuno. Sekitar 6000 SM,
masyarakat Pra-Kerajaan Mesir
(sebelum sistem monarki didirikan di Mesir) sudah mampu bercocok tanam
dan menggembalakan ternak. Usaha komunikasi visual awal dapat teramati
dari simbol-simbol yang terdapat pada gerabah dari
Gerzeh, sekitar 4000 SM, yang menyerupai aksara
hieroglif Mesir Kuno.
Mortar mulai digunakan sejak 4000 SM, dan
tembikar glasir bening mulai diproduksi sejak 3500 SM. Rumah sakit atau pusat pelayanan medis didirikan sekurang-kurangnya sejak 3000 SM.
Bukti arkeologis mengindikasikan keberadaan manusia di kawasan barat daya Mesir, dekat perbatasan
Sudan, sekitar 8000 SM. Sejak sekitar 7000–3000 SM, iklim
Sahara
lebih lembab daripada kini, sehingga memungkinkan kegiatan bercocok
tanam di tanah yang kini telah gersang. Perubahan iklim setelah 3000 SM
menyebabkan proses kegersangan secara berangsur di kawasan tersebut.
Sebagai dampak dari perubahan tersebut, suku-suku kuno penghuni Sahara
terdesak untuk pindah ke daerah sekitar
sungi Nil
sekitar 2500 SM. Di sana mereka mengembangkan ekonomi agraris serta
sistem masyarakat yang lebih kompleks. Suku yang sudah sejak lama
mendiami pinggiran sungai Nil juga telah mengembangkan masyarakat mereka
secara mandiri. Hewan ternak sudah diimpor dari
Asia antara 7500 SM sampai 4000 SM.
Bangsa Mesir Kuno dikenal karena sejumlah prestasi dan penemuan dalam sejarahnya, di antaranya pembangunan
piramida kolosal mereka,
ilmu bedah kuno,
ilmu matematika,
dan transportasi dengan perahu. Kebangkitan dinasti-dinasti Mesir
dimulai setelah bersatunya Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3200 SM, dan
berakhir sekitar tahun 340 SM, saat dimulainya kuasa
Dinasti Akhemeniyah atas wilayah Mesir. Kerajaan Mesir dipimpin oleh penguasa monarki bergelar
firaun. Pada puncak kejayaannya, kerajaannya terbentang dari
delta sungai Nil hingga gunung
Jebel Barkal di
Sudan.
Masyarakat Mesir Kuno bergantung pada keseimbangan sumber daya alam dan manusia, terutama
irigasi sungai Nil yang membantu pertanian mereka. Bangsa ini dikenal sebagai pengguna tulisan
hieroglif, pembangun
piramida, kuil, dan
pemakaman bawah tanah, serta pengguna
kereta perang
sebagai pendukung kekuatan militernya. Ada perbedaan besar pada kelas
dalam masyarakatnya. Sebagian besar anggota masyarakatnya merupakan
petani
namun mereka tidak berhak atas hasil pertanian yang mereka usahakan.
Hasil pertanian merupakan milik negara, kuil, atau keluarga bangsawan
yang memiliki lahan pertanian.
Perbudakan juga ada, namun aplikasinya pada masyarakat Mesir Kuno masih belum jelas.
[50]
Lembah Sungai Indus
Kawasan peradaban lembah Sungai Indus, dengan batas-batas negara masa kini. Sebagian besar merupakan wilayah negara
Pakistan, dan sebagian lagi wilayah
Iran,
Afganistan, dan
India.
Peradaban Lembah Sungai Indus
atau Peradaban Harappa terjadi sekitar 3300 SM, dan tahap-tahap
permulaannya terjadi pada masa sebelum 4000 SM. Peradaban tersebut
berpusat pada kawasan sekitar
sungai Indus (sebagian besar merupakan wilayah
Pakistan, dan sebagian kecil merupakan wilayah
Afganistan,
Iran, dan
India), terbentang ke timur sampai lembah
sungai Ghaggar-Hakra[51] dan hulunya mencapai
doab Gangga-
Yamuna;
[52][53] peradaban tersebut terbentang ke barat sampai pesisir
Makran di
Balochistan, ke utara sampai Afghanistan Tenggara dan ke selatan sampai
Daimabad di
Maharashtra. Perkembangan peradaban tersebut terbagi dalam beberapa tahap dan menandai pembangunan kota-kota di anak benua India.
[54] Di kawasan peradaban itulah kegiatan pertanian pertama di Asia Selatan terjadi.
Gandum,
jelai, dan
jujuba dibudidayakan sekitar 9000 SM; budi daya domba dan kambing menyusul kemudian.
[55] Budidaya jelai dan gandum—juga usaha peternakan, terutama domba dan kambing—berkembang di
Mehrgarh sekitar 8000–6000 SM.
[56][57] Pada periode tersebut juga terjadi domestikasi
gajah.
[55] Sekitar milenium ke-5 SM, masyarakat agraris tersebar di kawasan
Kashmir.
[57] Di situs pemakaman dari zaman peradaban ini ditemukan barang-barang yang sudah bisa diproduksi pada masa tersebut, yaitu:
keranjang, peralatan dari batu dan tulang,
kalung, rantai, dan anting-anting. Pernak-pernik dan ornamen
kulit kerang,
batu kapur,
batu pirus,
lapis lazuli,
batu pasir, dan
tembaga juga ditemukan.
Dalam peradaban ini, beberapa kota besar berkembang, di antaranya:
Harappa (3300 SM),
Dholavira (2900 SM),
Mohenjo-Daro (2500 SM),
Lothal (2400 SM), dan
Rakhigarhi,
serta lebih dari 1000 kota kecil dan desa. Perkotaan pada masa
peradaban tersebut dikenal dengan arsitekturnya yang dibangun dari bata,
memiliki sistem drainase pinggir jalan, dan perumahan bertingkat.
Kota-kota besar tersebut luasnya sekitar satu mil, dan jarak yang jauh
antara satu kota dengan kota lainnya kemungkinan besar merupakan tanda
sentralisasi politik, baik dalam bentuk dua negara kota, atau imperium
tunggal dengan ibukota alternatif, atau mungkin Harappa menggantikan
Mohenjo-Daro, yang diketahui pernah hancur akibat banjir bandang tidak
hanya sekali.
[58] Peradaban lembah sungai indus juga dikenal akan penggunaan
pecahan desimal pada
sistem pengukuran kuno.
[59][60]
Pada akhir
milenium ke-1 SM, perkembangan peradaban lembah sungai Indus memasuki
periode Weda, menurut estimasi masa penyusunan
Regweda (sekitar 1700 SM hingga 1100 SM), kumpulan
himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi
agama Hindu
dan aspek kultural lainnya pada masyarakat India awal. Rentang waktu
periode ini tidak diketahui dengan pasti, dan masa berakhirnya
diperkirakan sekitar
abad ke-6 SM. Pada periode tersebut sudah ada religi yang menjadi perintis bagi
agama Hindu seperti yang dikenal pada masa kini.
[61]
Lembah Sungai Kuning
Kebudayaan awal
Tiongkok bermula tidak jauh dari kawasan
sungai Kuning (serta
sungai Yangtze)
karena di sekitar kawasan tersebut banyak ditemukan peninggalan
prasejarah Tiongkok. Kebudayaan Neolitik tertua yang ditemukan di
Tiongkok di antaranya
Pengtoushan (
sungai Yangtze) dan
Peiligang (
sungai Kuning);
semuanya bermula sejak sekitar 7000 SM atau sebelum itu. Masa
Kebudayaan Pengtoushan sulit dipastikan dan hasil perhitungan bervariasi
antara 9000 SM sampai 5500 SM; di situs kebudayaan tersebut ditemukan
sisa-sisa
beras yang berasal dari masa 7000 SM. Di situs purbakala
Jiahu ditemukan beberapa bukti pembudidayaan
padi.
Penemuan penting lainnya di Jiahu adalah seruling kuno, berasal dari
masa 7000 SM sampai 6600 SM. Peiligang merupakan salah satu kebudayaan
tertua di Tiongkok yang memproduksi gerabah. Baik Pengtoushan maupun
Peiligang mengembangkan budi daya
jawawut,
peternakan, penyimpanan dan distribusi pangan. Bukti arkeologis juga
mengindikasikan keberadaan pengrajin dan pegawai pada masa kebudayaan
Neolitik tersebut.
Piktograf yang diduga sebagai perintis
sistem tulisan bahasa Tionghoa
berasal dari masa yang setua kegiatan pertanian dan peternakan di
Tiongkok. Di Jiahu ditemukan sejumlah piktograf yang dikenal sebagai
simbol Jiahu.
Piktograf tersebut tidak dianggap sebagai sistem tulisan seutuhnya,
melainkan simbol-simbol yang mengawali penciptaan sistem tulisan.
[62] Di
Damaidi,
Ningxia, terdapat ribuan ukiran pada tebing yang berasal dari masa 6000–5000 SM, menampilkan 8000-an
piktograf
menyerupai matahari, bulan, bintang, dewa-dewi, dan adegan perburuan
dan peternakan. Piktograf tersebut mirip dengan huruf Tionghoa Kuno yang
diketahui selama ini.
[63][64]
Masa kebudayaan Peiligang tergantikan oleh masa
kebudayaan Yangshao (sekitar 5000–3000 SM). Pengaruh kebudayaan tersebut meliputi kawasan Tiongkok Utara. Kebudayaan tersebut tergantikan oleh
kebudayaan Longshan sekitar 2500 SM. Pada situs arkeologis seperti
Sanxingdui dan
Erlitou, terdapat bukti peradaban
Zaman Perunggu di Tiongkok. Pisau perunggu dalam bentuk terkuno dari masa 3000 SM ditemukan di situs
Majiayao di provinsi
Gansu dan
Qinhai.
Menurut catatan
sejarah Tiongkok, Sungai Kuning digunakan sebagai irigasi sekitar 2200 SM oleh
Yu yang Agung, perintis
Dinasti Xia yang semi-mitologis.
Dinasti Xia (sekitar 2100 SM hingga 1600 SM) adalah dinasti pertama yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok, di antaranya
Catatan Sejarah Agung oleh
Sima Qian dan
Sejarah Bambu.
[65][66] Meskipun ada perdebatan mengenai eksistensi dinasti tersebut, ada beberapa bukti arkeologis yang mengacu pada keberadaannya.
Sima Qian
menyatakan bahwa dinasti tersebut didirikan sekitar 2200 SM, namun
tanggal tersebut tidak cukup meyakinkan. Kini banyak arkeolog yang
menghubungkan keberadaan Dinasti Xia dengan penggalian di provinsi
Henan,
[67] tempat penemuan perabot perunggu dari masa 2000 SM.
Dinasti historis pertama yang diakui keberadaanya adalah
Dinasti Shang, berdiri sekitar 1500 SM. Bukti arkeologis mengenai keberadaan Dinasti Shang berupa artefak perunggu dan
tulang orakel, yaitu cangkang kura-kura atau tulang
lemusir sapi yang ditulisi simbol-simbol aksara Tiongkok Kuno, ditemukan di lembah
Huang He di
Yin, ibukota Dinasti Shang. Cangkang kura-kura peninggalan Dinasti Shang berasal dari masa 1500 SM, dihitung menurut teknik
penanggalan radiokarbon. Dinasti Shang digantikan oleh
Dinasti Zhou, sekitar abad ke-11 SM. Masa akhir Dinasti Zhou merupakan masa kelahiran dua filsuf masyhur Tiongkok, yaitu
Kong Hu Cu (pendiri
Konfusianisme), dan
Laozi (pendiri
Taoisme).
[68]
Yunani Kuno
Di
Gua Franchthi di
Peloponesia, sebelah tenggara
Argolid, terdapat bukti mengenai kegiatan pertanian purbakala di
Yunani. Sejak sekitar 11.000 SM, budi daya biji-bijian, kacang-kacangan, dan
serealia terjadi pada masa yang sama,
[69] sementara
haver dan
jelai muncul sekitar 10.500 SM, sedangkan
ercis dan
pir
sejak sekitar 7300 SM. Permukiman Neolitik tersebar di seluruh Yunani,
dengan kegiatan meliputi pertanian dan produksi gerabah. Situs terkemuka
seperti
Sesklo dan
Dimini, sudah memiliki jalan dan alun-alun. Hal tersebut menjadikannya contoh tata ruang kota purbakala di daratan Eropa.
[70] Situs penting lainnya yaitu
Dispilio, tempat penemuan
sabak kuno dengan guratan-guratan seperti tulisan kuno.
Peradaban Minoa merupakan peradaban
Zaman Perunggu pertama di kawasan
Yunani. Peradaban tersebut muncul di pulau
Kreta dan berkembang sekitar 2700 SM sampai 1500 SM, namun awal perkembangannya terjadi pada masa jauh sebelum itu.
[71] Pulau Kreta mulai dihuni oleh manusia sekurang-kurangnya sejak 128000 SM, selama zaman Paleolitik Madya.
[72] Tanda-tanda kegiatan pertanian yang lebih canggih, sebagai awal suatu peradaban, muncul sekitar 5000 SM.
[73] Keberadaan peradaban tersebut sempat terlupakan, sebelum ditemukan pada awal abad ke-20 oleh arkeolog Inggris,
Sir Arthur Evans.
Will Durant memandang peradaban tersebut sebagai "mata rantai pertama pada untaian (sejarah) Eropa."
[74]
Peradaban Mikene berkembang di seberang utara
Kreta sejak sekitar 1600 SM, ketika kebudayaan
Helladik
di Yunani daratan bertransformasi di bawah pengaruh kebudayaan Minoa
dari Kreta. Tidak seperti masyarakat Minoa yang mengandalkan
perdagangan, masyarakat Mikene lebih menyukai penaklukan. Peradaban
Mikene didominasi oleh
aristokrasi kesatria. Sekitar 1400 SM, bangsa Mikene memperluas jangkauan kekuasaan mereka ke
Kreta, pusat peradaban Minoa (yang pada masa itu mengalami bencana letusan
Santorini), dan mengadopsi suatu bentuk aksara Minoa yang disebut
Linear A untuk menuliskan bahasa Yunani Kuno; aksara yang dikembangkan pada masa peradaban Mikene kemudian disebut
Linear B.
[75] Legenda Yunani menyebutkan bahwa bangsa Mikene tidak hanya menaklukkan Minoa, tetapi juga negara kota
Troya, disebutkan dalam wiracarita
Illiad sebagai saingan kekuasaan Mikene. Karena satu-satunya catatan sejarah konflik tersebut adalah
Iliad karya
Homeros, maka sejarah Troya dan
Perang Troya belum bisa dipastikan. Tahun 1876, arkeolog Jerman
Heinrich Schliemann menemukan reruntuhan di
Hissarlik, termasuk kawasan
Asia Minor sebelah barat (kini wilayah
Turki)
dan mengklaimnya sebagai bekas kota Troya. Kepastian mengenai lokasi
tersebut sebagai Troya seperti yang dituturkan oleh Homeros masih
diperdebatkan.
[76]
Kebudayaan Yunani memiliki pengaruh besar pada peradaban-peradaban Eropa yang muncul di kemudian hari, terutama
peradaban Romawi. Bangsa Yunani mengembangkan konsep yang kini dikenal sebagai
negara kota, atau
polis.
[77] Kata "
politik" berasal dari konsep tersebut, yang secara
harfiah berarti segala hal menyangkut polis. Ada banyak polis pada masa
Yunani Kuno; beberapa yang terkemuka di antaranya:
Athena,
Sparta,
Korintus, dan
Thebes. Kota-kota tersebut tidak memiliki hubungan intens satu sama lain, karena
bentang alam Yunani
yang didominasi pegunungan dan banyak pulau. Apabila suatu kota tidak
lagi memiliki cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya,
maka beberapa orang keluar dari kota tersebut untuk mendirikan kota
baru. Kota baru itu dikenal sebagai
koloni.
Tiap kota bersifat mandiri dan diperintah langsung oleh seseorang di
kota tersebut. Koloni-koloni juga menjalin hubungan dengan kota asal
mereka demi perlindungan. Ketika daratan Yunani terancam perang
(contohnya saat melawan
kekaisaran Persia),
terjadi persekutuan antarnegara-kota untuk menanggapi ancaman tersebut.
Selain itu juga dapat terjadi perang antara negara kota yang berbeda.
Pegunungan Andes
Salah satu peninggalan peradaban Norte Chico berupa reruntuhan Piramida Caral di Lembah Supe,
Peru.
Peradaban di dataran
pegunungan Andes yang terbentang sepanjang
Amerika Selatan terdiri dari berbagai budaya yang berkembang dari dataran tinggi
Colombia hingga
gurun Atacama. Kebudayaan yang paling menonjol adalah kebudayaan
Peru Kuno dan kebudayaan lainnya di sekitar Peru, seperti
Tiahuanaco di
Bolivia. Di
lembah Ayacucho, tepatnya di situs
Pikimachay, hasil penelitian arkeologis mengungkapkan bukti keberadaan manusia di sana sejak 22.200 hingga 14.700 tahun yang lalu,
[78] namun hasil tersebut masih diragukan dan periode yang lebih konservatif, yaitu 12.000 SM lebih diakui.
[79] Di situs
Pikimachay ditemukan bukti budi daya tanaman, contohnya
labu air, sejak 11.000 tahun yang lalu.
[80] Sisa-sisa tanaman mengindikasikan bahwa sebelum 3000 SM,
bayam,
kapas,
labu,
lucuma, dan
kinoa sudah dibudidayakan di
basin Ayacucho. Sejak 4000 SM,
jagung (
Zea mays) dan kacang-kacangan mulai dibudidayakan.
[81] Sejumlah tulang-belulang
marmot mengindikasikan peternakan hewan tersebut, dan kemungkinan besar
llama mulai dibudidayakan sekitar 4300–2800 SM.
[80]
Di kawasan
Buena Vista, bangunan
observatorium serupa kuil telah didirikan sejak 4200 tahun yang lalu.
[82]
Bangunan tersebut mengandung ukiran yang elok serta patung seukuran
manusia, terkesan unik karena kebudayaan di sekitarnya masih menciptakan
relief dua dimensi pada periode itu.
[83] Sementara itu di situs
Ventarron,
Region Lambayeque terdapat kuil berhias
mural berusia 4000 tahun.
[84]
Sejauh penelitian arkeologis, peradaban tertua di
belahan bumi barat pada umumnya, dan di
Amerika Selatan pada khususnya, adalah
peradaban Norte Chico atau peradaban Caral Supe (3200–1800 SM) yang meninggalkan bukti arkeologis berupa permukiman di pesisir
Peru, termasuk pusat kota di
Aspero dan
Caral. Keberadaan
quipu
purbakala (media komunikasi orang-orang Andes) di Caral menandakan
bahwa penggunaan benda tersebut sudah ada sejak dahulu kala.
Piramida batu di situs tersebut diduga sezaman dengan
Piramida Agung Giza.
Di Norte Chico tidak ditemukan bukti pembangunan kubu pertahan atau
tanda-tanda bekas pertempuran, tidak seperti kota-kota lainnya di
pegunungan
Andes.
Secara arkeologis, Norte Chico merupakan kebudayaan pra-keramik pada Periode Kuno Akhir era
Pra-Columbus; peradaban tersebut tak meninggalkan
keramik
dan jejak-jejak kesenian yang ditinggalkan hampir tidak tampak.
Prestasi mereka yang menakjubkan berupa arsitektur monumental, termasuk
tumulus dan plaza melingkar yang terbenam. Bukti arkeologis mengindikasikan penggunaan teknologi
tekstil
dan kemungkinan besar ada pemujaan simbol-simbol dewa-dewi.
Pemerintahan maju diduga pernah dibentuk untuk memimpin Norte Chico
kuno.
Mesoamerika
Mesoamerika merupakan region di
Amerika Utara, yang pada masa kini mencakup
Meksiko dan
Karibia. Saat berbagai peradaban kompleks muncul di
belahan bumi timur, kebanyakan masyarakat pribumi di
benua Amerika
masih hidup relatif sederhana selama beberapa masa, dan terpecah
menjadi berbagai kebudayaan regional yang berbeda-beda. Selama
Tahap Formatif atau Era Praklasik di
Mesoamerika
(sekitar 1800 SM sampai 200 M), peradaban yang lebih kompleks dan
terpusat mulai berkembang, terutama pada daerah yang kini disebut
Meksiko dan
Karibia. Peradaban yang ada pada masa itu yakni
Peradaban Olmek (1400 SM),
Zapotek (600 SM), Awal
Maya (
seb. 200 M), dan lain-lain. Bangsa-bangsa di Mesoamerika pada masa itu dapat mengembangkan pertanian dengan baik, misalnya menanam
jagung dan tanaman khas Amerika lainnya, serta membuat budaya serta agama yang istimewa.
Selama bertahun-tahun, kebudayaan
Olmek
diduga sebagai 'kebudayaan ibu' bagi Mesoamerika, karena pengaruh besar
yang disebarkannya di kawasan tersebut. Pusat kebudayaan Olmek berada
di pesisir
Teluk Meksiko, wilayah negara bagian
Veracruz dan
Tabasco masa kini.
[85]
Kebudayaan Olmek menjadi tonggak bersejarah bagi sejarah Mesoamerika,
karena khazanah budaya Mesoamerika pertama kali muncul di sana, di
antaranya: organisasi kenegaraan, pengembangan kalender upacara 260 hari
dan kalender sekuler 365 hari, aksara pertama di Mesoamerika,
[86] dan tata kota. Pengembangan kebudayaan tersebut dimulai sekitar 1600–1500 SM.
[87] Situs-situs kebudayaan Olmek di antaranya:
La Venta,
San Lorenzo, dan
Tres Zapotes.
Di antara peradaban asli Amerika sebelum kedatangan bangsa Eropa,
peradaban Maya adalah peradaban yang memiliki aksara paling sistematis. Mereka menunjukkan prestasi gemilang pada bidang
seni dan
arsitektur serta mengenal sistem
matematika dan
astronomi yang maju. Tempat perkembangan peradaban Maya telah dijamah manusia sejak sekitar
milenium ke-10 SM. Permukiman Maya pertama dibangun di sana sekitar 1800 SM, di
kawasan Soconusco. Pada masa kini merupakan wilayah
Chiapas di Mexico, pesisir
samudra Pasifik.
Pada masa itu, manusia di kawasan tersebut mulai bermukim secara
permanen. Mereka menciptakan sistem pertanian dan menimbun pangan.
Gerabah dan pernak-pernik tanah liat juga dibuat. Mereka sudah mampu
membangun
gundukan makam. Gundukan tersebut berkembang menjadi
punden berundak.
Batas jangkauan peradaban Maya kurang jelas. Ada kemungkinan pada
kawasan peradaban tersebut terjadi pembauran dengan kebudayaan lainnya.
[88]
Zaman Kuno
Garis waktu
- Tahun di bawah ini menunjukkan perkiraan. Baca artikel terkait untuk detail lebih lanjut.
Awal religi
Reruntuhan
Göbekli Tepe di
Turki, kuil tertua di dunia, bukti bahwa religi telah ada sejak
± 10.000 SM.
Saat peradaban berkembang menuju bentuk yang lebih kompleks, demikian pula yang terjadi pada
agama, dan bentuk terawal dari ragamnya tampak dimulai pada periode tersebut.
[89] Benda-benda alam seperti Matahari, Bulan, Bumi, langit, dan laut kerap didewakan.
[90] Ruangan suci didirikan, dan berkembang menjadi pembangunan
kuil,
lengkap dengan hierarki kependetaan dan jabatan lainnya yang kompleks.
Tipikal zaman Neolitik adalah kecenderungan untuk memuja dewa-dewi
antropomorfis. Berdasarkan ekskavasi di kompleks kuil
Göbekli Tepe ("Bukit Perut Gendut") di
Turki selatan yang berdiri sejak 11.500 tahun yang lalu, para arkeolog berpikir bahwa keberadaan agama mendahului
Revolusi Pertanian daripada muncul setelah revolusi itu dimulai, sebagaimana diasumsikan pada umumnya.
[91]
Bangsa Mesir merupakan salah satu bangsa tertua yang memiliki religi dan menganut tradisi
politeisme. Dewa Mesir yang utama di antaranya:
Ra,
Osiris,
Horus, dan
Anubis. Salah satu kitab tertua bangsa Mesir Kuno, sekaligus teks keagamaan kuno yang masih lestari adalah
Teks Piramida, koleksi teks yang dibuat sekitar tahun 2400–2300 SM.
[92] Pada periode
Kerajaan Pertengahan Mesir, tepatnya pada pemerintahan
Akhenaten (sekitar 1350 SM), bangsa Mesir menganut tradisi pemujaan satu dewa yang disebut
Aten; tradisi itu dikenal sebagai
Atenisme.
[93] Sebelumnya Aten dikenal sebagai aspek dari
Ra, Dewa Matahari; catatan terkuno mengenai Aten ditemukan dalam
Kisah Sinuhe dari periode
Dinasti kedua belas Mesir.
[94]
Aten menjadi dewa yang dipuja secara eksklusif pada masa pemerintahan
Akhenaten. Setelah pemerintahannya berakhir, bangsa Mesir beralih
kembali kepada tradisi
politeisme mereka.
[93][94]
Teks Piramida yang terukir di dalam makam Firaun
Teti di
Saqqara, dari masa
k.2400–2300 SM.
Di
Mesopotamia, para raja dianggap sebagai tangan kanan
Tuhan (
teokrasi) sehingga mereka berperan sebagai pemimpin politik sekaligus spiritual.
[95] Di sebelah barat Mesopotamia, meliputi
Kanaan, merupakan tempat tinggal bagi berbagai bangsa kuno, seperti
Fenisia,
Het,
Filistin,
Aram, dan
Yahudi. Mereka menyembah berbagai dewa-dewi, yang terkemuka di antaranya:
Asyera,
Asytoret, dan
Baal. Selain itu, setiap suku memuja dewa tersendiri yang merupakan pelindung bagi sukunya. Menurut teori yang dikemukan
Sigmund Freud, pengikut
atenisme keluar dari Mesir dan menetap di Kanaan, berbaur dengan bangsa asli di sana dan membentuk kepercayaan
Yahudi yang monoteistik secara berangsur-angsur.
[96][97] Selama pembuangan
bangsa Yahudi di
Babilonia (Mesopotamia) antara
abad ke-6 dan
ke-5 SM, munculah gagasan untuk menetapkan konsep
monoteisme,
kenabian, dan hukum Tuhan.
[98]
Kepercayaan bangsa Yahudi merupakan konsep yang baru sama sekali pada
masa itu, tidak seperti bangsa di sekeliling mereka yang mewujudkan
pujaan dalam bentuk patung-patung.
[98] Bagaimanapun, mitologi Mesopotamia mempengaruhi pembentukan kepercayaan Yahudi, seperti
mitos penciptaan Adam dan
mitos air bah.
[99]
Pemujaan terhadap personifikasi alam seperti
Agni (api),
Baruna (laut), dan
Dyaus Pita (langit) terjadi di India sekitar milenium ke-1 SM.
[100] Tradisi ini berkembang menjadi agama Weda Kuno atau
Brahmanisme. Di samping tradisi tersebut, ada tradisi berbeda yang disebut
Samana,
yang lebih menekankan meditasi dan tapa brata. Tradisi ini menekankan
pemahaman akan hakikat diri, pencerahan melalui pengalaman, dan tidak
terikat pada masyarakat; berbeda dengan kaum
brahmana dari tradisi Brahmanisme yang lebih menekankan pelaksanaan ajaran pustaka suci dan penyelenggaraan ritual.
[100] Di kemudian hari, Brahmanisme berkembang menjadi
Hinduisme serta berbagai sekte di dalamnya, sementara Samana melahirkan
Buddhisme dan
Jainisme.
Di Asia Timur, manusia mulai menyadari harmonisasi alam, menghormati
para leluhur yang mewariskan kesejahteraan pada mereka, dan mulai
memahami hakikat dirinya. Hal itu memicu kemunculan berbagai filsafat,
di antaranya adalah
Taoisme dan
Konfusianisme.
Zaman Poros
Tiga
filsuf pada Zaman Poros yang menyebarkan ajarannya di tiga belahan
dunia yang berbeda tanpa mengenal satu sama lain. Ajaran mereka masih
bertahan dan dipelajari hingga saat ini.
Zaman Poros, menurut
filsuf Jerman,
Karl Jaspers, adalah zaman saat pemikiran revolusioner bermunculan di
Tiongkok,
India,
Persia, dan
Dunia Barat selama rentang waktu antara
abad ke-8 hingga
ke-2 SM.
Pada zaman itu terjadi perkembangan gagasan filosofis dan religius
secara transformatif di berbagai belahan dunia dan kebanyakan terjadi
secara independen.
Di
India terjadi perkembangan tiga agama:
Hinduisme,
Buddhisme, dan
Jainisme. Hinduisme masa kini merupakan perkembangan dari
Brahmanisme (1500–500 SM) atau "Agama Weda Pra-Hindu", dan penyusunan
Regweda (kitab suci tertua bagi
umat Hindu, bagian dari empat
Weda) diduga terjadi pada masa 1100 SM.
[c] Penyusunan
Upanishad, yaitu suplemen bagi kitab
Weda diduga terjadi pada masa 900–800 SM.
[102] Pada abad ke-6 SM, di
India Utara,
Siddhartha Gautama dari
suku Sakya menyebarkan
Buddhisme atau agama Buddha yang merupakan bagian dari tradisi
Samana, paralel namun berbeda dengan pelopor Hinduisme. Sebagaimana Hinduisme, ajaran Buddha juga mengenal
karma,
reinkarnasi, dan
ahimsa, namun menolak
keberadaan Tuhan dan sistem
kasta. Pada abad ke-5 SM, bagian lain dari Samana, yaitu
Jainisme disebarkan oleh
Mahavira. Pendahulunya adalah
Pārśva
(abad ke-9 SM), yang juga merupakan pemimpin Jainisme menurut umat
Jaina. Seperti agama Buddha, Jainisme juga menolak keberadaan Tuhan. Di
antara ketiga agama tersebut, Hinduisme
mendominasi India, sedangkan Buddhisme lebih berkembang di
Asia Timur dan
Tenggara, sementara Jainisme menjadi agama minoritas.
Di
Asia Timur, tiga perguruan
filsafat telah mendominasi pemikiran bangsa
Tionghoa hingga masa kini. Ketiganya adalah
Legalisme (abad ke-8 SM),
[103] Taoisme (abad ke-6 SM),
[104] dan
Konfusianisme (abad ke-6 SM).
[105]
Legalisme adalah filsafat yang lebih mengutamakan sistem hukum daripada
pemikiran tinggi seperti alam dan tujuan kehidupan. Sementara itu,
Taoisme mengajarkan keharmonisan antara manusia dengan alam, diprakarsai
oleh
Laozi dan ajarannya terangkum dalam
Daode Jing.
[106] Meskipun hidup pada abad ke-6 SM, ada dugaan bahwa
Daode Jing disusun pada masa antara abad ke-4 hingga ke-3 SM.
[106] Ajaran Khonghucu (Konfusianisme) yang digagas
Kong Hu Cu, yang di kemudian hari memperoleh dominansi, mencari
moralitas politis tidak untuk paksaan melainkan untuk kekuatan dan keteladanan tradisi. Ajaran Khonghucu menyebar ke
semenanjung Korea hingga kepulauan
Jepang yang masih menganut
syamanisme dan kepercayaan tradisional lainnya.
Serikat Yesus di Tiongkok pada abad ke-16 dan ke-17 memandang Konfusianisme sebagai suatu sistem etis, bukan
agama, sehingga tidak akan bertentangan dan akan sejalan dengan
agama Kristen.
[107] Meskipun demikian,
penghormatan leluhur di Tiongkok
oleh beberapa kelompok dipandang bertentangan dengan ajaran Kristen
sehingga kini pelaksanaannya tidak dianjurkan lagi bagi orang Kristen
Tionghoa.
[108]
Di
Asia Barat, terjadi awal pemikiran
monoteisme di
Kanaan dan
Persia. Di Kanaan, bangsa
Yahudi memuja satu Tuhan yang disebut
Yahweh. Sementara itu,
monoteisme di Persia Kuno mengenal konsep ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sebutan
Ahura Mazda. Ahura Maza memiliki oposisi yang disebut
Angra Mainyu, roh perusak, manifestasi dari kegelapan dan kejahatan. Di
Mediterania, tradisi filosofis bangsa
Yunani Kuno yang direpresentasikan oleh
Sokrates,
[109] Plato,
[110] dan
Aristoteles,
[111][112] tersebar di sepanjang
Eropa dan
Timur Tengah pada abad ke-4 SM karena penaklukkan yang dilakukan oleh Aleksander III dari Makedonia, lebih dikenal sebagai
Aleksander Agung.
[113]
Garis waktu kemunculan agama dan aliran filsafat pada Zaman Poros (abad VIII–II SM) |
|
Perkembangan peradaban dan imperium
Sebelum
500 M (
abad ke-6), beberapa daerah di dunia mengalami kemajuan
teknologi yang perlahan namun pasti, dengan perkembangan penting seperti
sanggurdi dan
tenggala. Peradaban-peradan kuno mulai berinteraksi satu sama lain dalam hal perdagangan, religi, atau ekspansi militer.
Laut Tengah
(Mediterania), yang mencakup tiga titik benua, membantu perkembangan
kekuatan militer serta pertukaran komoditas, ide-ide baru, dan invensi
peradaban di sekitarnya.
Perdagangan
semakin berkembang menjadi sumber kekuasaan karena negara-negara yang
memiliki akses untuk sumber daya penting atau menguasai jalur
perdagangan penting akan bangkit dan mendominasi.
Di beberapa daerah, ada periode perkembangan secara pesat yang ditandai dengan pembangunan monumen kolosal, produksi
roda, dan pengembangan sistem ketatanegaraan; yang terkemuka adalah kawasan
Mediterania selama
periode Hellenistik, saat ratusan teknologi berhasil diciptakan.
[114][115] Pada masa awal peradaban juga bermunculan teknologi baru di darat, misalnya
kereta perang dan
pasukan berbasis kuda yang membuat pergerakan tentara menjadi lebih cepat. Teknologi tersebut berperan dalam kemajuan
militer; ekspansi wilayah serta pencaplokan teritori mulai terjadi, contohnya
Pertempuran Kadesh dan
Pengepungan Dapur pada abad ke-13 SM antara
bangsa Mesir dan
Het.
Penyatuan daerah-daerah taklukan berlanjut pada munculnya
imperium dan
kekaisaran,
manifestasi hegemoni suatu bangsa dan ekspansi suatu wilayah berdaulat.
Peradaban yang ekstensif dapat membawa kedamaian dan stabilitas bagi
daerah luas, contohnya periode
Pax Romana bangsa
Romawi.
Setelah perkembangan selama berabad-abad, peradaban lembah sungai di
berbagai belahan dunia menunjukkan kejayaannya dengan pendirian
kekaisaran. Pada masa seribu tahun dari 500 SM hingga 500 M, serangkaian
kekaisaran dengan luas wilayah yang belum pernah dicapai sebelumnya
telah berkembang. Tentara profesional yang terlatih dengan baik,
ideologi pemersatu, dan birokrasi yang lebih maju memberi peluang bagi para
kaisar untuk memerintah daerah yang sangat luas yang populasinya dapat mencapai angka sepuluh ribu atau lebih.
Afrika Utara (2500 SM–500 M)
Sekitar 2500 SM,
Kerajaan Kerma berkembang di kawasan
Nubia (antara
Sudan
dan Mesir). Kebudayaan Kerma merupakan kebudayaan agraris seperti
Mesir; mereka mengembangkan pertanian, peternakan, dan menjadi mitra
dagang bagi Mesir. Sekitar 1500 SM, kerajaan tersebut dicaplok oleh
bangsa Mesir dan menjadi bagian dari
Kerajaan Baru Mesir. Pada
abad ke-11 SM, bangsa Nubia mendirikan
Kerajaan Kush di sebelah selatan Mesir, di bekas wilayah Kerajaan Kerma, yang akan bertahan sampai
abad ke-4 M. Mesir Kuno mencapai masa kejayaannya saat periode Kerajaan Baru, di bawah pemerintahan Ramesses, yang berseteru dengan
bangsa Het,
Asiria dan
Mitanni.
Sesudahnya, Mesir mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Mesir
diserbu dan ditaklukkan oleh serangkaian kekuatan asing, di antaranya
suku dari
Kanaan/
Hyksos,
Libya,
Nubia,
Asiria,
Babilonia,
Persia, dan
Makedonia.
Pada
abad ke-6 SM,
Kambisus II menaklukkan
Mesir, menjatuhkan
Dinasti ke-26 Mesir. Krisis suksesi terjadi setelah ia jatuh sakit dan wafat.
Darius I bertindak sebagai penggantinya, berdasarkan klaimnya sebagai pewaris garis keturunan
Dinasti Akhemeniyah. Darius menetapkan ibukota pertamanya di
Susa, dan memulai proyek pembangunan di
Persepolis. Ia membangun kembali terusan antara
sungai Nil dan
Laut Merah. Ia mengimprovisasi sistem jalan yang ekstensif, dan reformasi besar lainnya terjadi pada masa pemerintahan Darius.
[116] Setelah wafatnya
Darius II pada 404 SM, bangsa Mesir melakukan pemberontakan. Kemudian
firaun Mesir berhasil menggagalkan usaha Persia untuk menaklukkan Mesir kembali, sampai akhirnya
Artahsashta III berhasil melakukannya.
Tahun 332 SM,
Aleksander Agung dari
Makedonia menaklukkan Mesir dengan sedikit perlawanan dari Persia. Sesudah wafatnya Aleksander, salah satu jenderalnya,
Ptolemeus Soter, mengangkat diri sebagai pemimpin baru Mesir. Administrasi yang didirikan penerus Aleksander, yaitu
Dinasti Ptolemaik, mengikuti cara Mesir dan beribukota di
Aleksandria.
Kota tersebut menampilkan kekuasaan dan prestise pemerintahan
Hellenistik, dan menjadi tempat pembelajaran dan kebudayaan, berpusat di
perpustakaan Iskandaria yang termasyhur. Dinasti berkebangsaan Yunani tersebut memerintah Mesir sampai 30 SM. Di bawah pemerintahan
Kleopatra, Mesir jatuh ke tangan
Kekaisaran Romawi dan menjadi salah satu
provinsi Romawi.
[117]
Pada abad ke-1 M, di kawasan
Tanduk Afrika, tepatnya di kawasan yang kini disebut
Ethiopia,
Kekaisaran Aksum
mendeklarasikan diri sebagai kerajaan niaga besar, mendominasi negeri
tetangganya di Arab Selatan serta menguasai perdagangan di
Laut Merah.
Di sebelah barat, Kerajaan Kush masih bertahan sampai abad ke-4 M,
sebelum digantikan oleh Kekaisaran Aksum. Kekaisaran Aksum mencetak mata
uangnya sendiri dan mengukir
stela monolitik seperti
Obelisk Aksum untuk menandai makam kaisarnya.
Amerika (2000 SM–500 M)
Sebelum kontak dengan bangsa Eropa, penduduk asli
Amerika Utara
terbagi menjadi sejumlah masyarakat yang berbeda-beda, dari sebuah klan
kecil hingga menjadi imperium besar. Mereka tinggal di beberapa area
kultural, yang berkaitan dengan zona geografis dan biologis, serta
mengindikasikan cara hidup atau pekerjaan masyarakat yang tinggal di
sana (contohnya pemburu
bison di
Dataran Besar, atau petani di
Mesoamerika). Pada
periode arkais di Amerika terjadi perubahan lingkungan yang membawa iklim kering yang lebih hangat dan punahnya sejumlah
megafauna.
[118]
Sebelumnya mayoritas kelompok populasi pada saat itu masih berupa kaum
pemburu-pengumpul; akhirnya beberapa kelompok individual mulai fokus
pada sumber daya lokal yang tersedia untuk mereka. Adaptasi regional
melahirkan norma-norma, dengan sedikit ketergantungan pada perburuan dan
pengumpulan makanan, dengan perekonomian yang lebih variatif yang
mengandalkan ikan, binatang buruan kecil, sayuran liar, dan tanaman
perkebunan.
[119][120]
Sementara itu kelompok masyarakat di selatan Amerika Utara
membudidayakan sejumlah tanaman pertanian yang kini lazim dijumpai di
seluruh dunia, di antaranya
jagung,
tomat, dan
labu.
Kerajaan-kerajaan regional Mesoamerika didirikan sejak sekitar 2000 SM.
[121] Di sana, masyarakat pra-Kolumbus yang luas sedang terbentuk, yang terkemuka adalah
Maya dan
Aztek. Seiring kebudayaan bangsa
Olmek perlahan-lahan surut,
[122] negara kota
bangsa Maya yang besar perlahan-lahan berkembang dalam hal jumlah dan
keunggulan, dan kebudayaan Maya menyebar sepanjang semenanjung
Yucatán dan daerah di sekitarnya. Kekaisaran
Aztek pada masa berikutnya dibangun oleh kebudayaan tetangganya dan mendapat pengaruh dari suku-suku taklukan seperti
Toltek.
Pada 2000 SM, sejumlah komunitas agraris bermukim di sekitar
Andes
dan kawasan sekelilingnya. Perikanan menjadi kegiatan lazim di
sepanjang pesisir sehingga ikan menjadi makanan pokok. Sistem irigasi
juga berkembang pada periode tersebut, yang mendukung terciptanya
masyarakat agraris.
[123] Tanaman yang dibudidayakan meliputi
kinoa,
jagung,
kacang lima,
kacang hijau,
kacang tanah,
manioc,
ketela,
kentang,
oca, dan
labu.
[124] Kapas juga dibudidayakan dan dianggap penting sebagai satu-satunya tanaman serat utama.
[123]
Dunia Timur (1000 SM–500 M)
Dunia Timur mengacu pada kawasan
Asia dan struktur sosial serta masyarakat di kawasan tersebut. Di kawasan tersebut terjadi perkembangan peradaban lembah
sungai Indus dan
sungai Kuning, masing-masing di
anak benua India (kini merupakan wilayah
India atau sebagian besar
Asia Selatan) dan
Timur Jauh (kini merupakan wilayah
Tiongkok dan sekitarnya), sejak lebih dari
3000 SM.
Sementara itu, migrasi masih terjadi di berbagai belahan Asia lainnya
dan peradaban yang lebih tua memberi pengaruh pada kawasan di
sekitarnya. Pada masa antara
1000 SM sampai
500 M, di beberapa kawasan Asia lainnya—seperti
Sri Lanka,
Asia Tenggara Daratan,
Semenanjung Malaya,
Indonesia,
Filipina,
Taiwan—kebudayaan
mandiri bermunculan dan berinteraksi dengan peradaban yang terlebih
dahulu berkembang dalam hal teknologi, kesenian, dan kepercayaan.
Seiring penyebaran
agama Hindu dan
Buddha, beberapa kerajaan muncul di
Sri Lanka dan
Asia Tenggara. Di pelosok dan tempat terpencil, masyarakat purba masih bermigrasi dan hidup sebagai
pemburu-pengumpul makanan.
[123]
Pada
milenium ke-1 SM, sejumlah monarki berdiri di beberapa titik di Asia. Pada awal milenium tersebut,
Dinasti Zhou berdiri di
Tiongkok, menggantikan
Dinasti Shang. Dinasti tersebut adalah dinasti pertama dalam
sejarah Tiongkok yang memperkenalkan konsep
Mandat Langit sebagai legitimasi kekuasaan.
[125] Pada periode yang sama, kerajaan
Gojoseon berdiri di
Korea (sampai
108 SM); kepulauan
Jepang masih berada dalam
Zaman Jomon yang berlangsung sejak 14.000 SM; di anak benua India, peradaban manusia masih berada dalam
periode Weda.
Anak benua India
Wilayah kekuasaan
Kemaharajaan Maurya (biru tua) dalam jangkauan terluasnya (tahun 265 SM), termasuk negara vasalnya (biru muda).
Dalam rentang
periode Weda (sekitar 1700 SM–500 SM) di
Asia Selatan, berbagai kerajaan yang dikenal sebagai
Mahajanapada (enam belas negara besar) berdiri di berbagai daerah di India sekitar
600 SM, sebagian besar tersebar di India Utara; beberapa di antaranya adalah
Kerajaan Kuru,
Kasi,
Kosala,
Awanti,
Angga, dan
Magadha.
Catatan sejarah mengenai kerajaan-kerajaan tersebut ditemukan dalam
pustaka Hindu dan Buddha. Beberapa abad kemudian, kerajaan-kerajaan
tersebut ditaklukkan oleh
Mahapadma Nanda dari kerajaan Magadha. Wilayah taklukannya terbentang dari
Teluk Benggala sampai
Laut Arab. Sekitar
300 SM, wilayah kekuasaan Nanda ditaklukkan oleh
Chandragupta Maurya, memicu berdirinya
Kemaharajaan Maurya. Pada
abad ke-3 SM, hampir seluruh
Asia Selatan disatukan ke dalam
Kemaharajaan Maurya oleh
Chandragupta Maurya dan berkembang dengan baik di bawah pemerintahan
Ashoka yang Agung.
Dinasti Satawahana,
juga dikenal sebagai Dinasti Andhra, berkuasa di India Selatan dan
Tengah setelah 230 SM. Satakarni—raja keenam dari Dinasti
Satawahana—menaklukkan
Kerajaan Sunga di India Utara. Kemudian
Kharavela, raja dari
Kalinga, memimpin suatu kerajaan
Jaina, yang memiliki jalur perdagangan maritim dengan
Sri Lanka,
Myanmar,
Thailand,
Vietnam,
Kamboja,
Kalimantan,
Sumatra, dan
Jawa. Imigran dari Kalinga menetap di Sri Lanka,
Maladewa, dan sejumlah pulau di
Asia Tenggara. Sementara itu di sebelah utara, di kawasan pegunungan
Himalaya,
Kerajaan Kuninda berdiri sejak
abad ke-2 SM, dan bertahan sampai
abad ke-3 M.
Kebudayaan campuran di India Barat Daya meliputi
Indo-Yunani,
Indo-Sithia,
Indo-Parthia, dan
Indo-Sassania. Yang pertama, Kerajaan Indo-Yunani, didirikan oleh Raja
Demetrius yang menginvasi region tersebut pada 180 SM, dan memperluas wilayah kekuasaannya ke kawasan
Afganistan dan
Pakistan masa kini. Indo-Sithia merupakan cabang dari bangsa Saka yang bermigrasi dari
Siberia Selatan, pertama menuju
Baktria, kemudian
Sogdiana,
Kashmir,
Arakhosia, dan
Gandhara, akhirnya mencapai India. Kerajaan Indo-Parthia (juga dikenal sebagai
Dinasti Pahlawa), datang menguasai sebagian besar kawasan
Afganistan dan
Pakistan Utara, setelah mengalahkan para raja di kawasan tersebut, di antaranya Kujala dari
Kushana.
Kekaisaran Sassaniyah dari
Persia memperluas wilayahnya sampai
Balochistan di Pakistan, sehingga perpaduan kebudayaan India dan Persia melahirkan kebudayaan campuran di bawah kuasa Indo-Sassania.
Zaman klasik India terjadi ketika sebagian besar wilayah anak benua India disatukan menjadi
Kemaharajaan Gupta (
k.320–550 SM).
Periode itu disebut juga Zaman Keemasan India dan ditandai dengan
sejumlah prestasi dalam bidang sains, teknologi, teknik, kesenian,
dialektika, sastra, logika, matematika, astronomi, agama, dan filsafat
yang menegaskan unsur-unsur yang umumnya dikenal sebagai
kebudayaan Hindu. Sistem
bilangan desimal, termasuk konsep
bilangan nol,
diciptakan di India selama periode tersebut. Kedamaian dan kemakmuran
yang tercipta di bawah pimpinan Dinasti Gupta memungkinkan pengejaran
prestasi ilmiah dan seni di India.
Sejumlah dinasti seperti
Pandya,
Chola,
Chera,
Kadamba,
Gangga Barat,
Pallawa, dan
Chalukya
mendominasi bagian selatan anak benua India pada periode yang
berbeda-beda. Beberapa kerajaan di selatan membentuk kerajaan maritim
yang terbentang hingga
Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan tersebut berperang satu sama lain, demikian pula dengan
kesultanan-kesultanan Dekkan demi dominasi di kawasan selatan. Dinasti Kalabra berhasil mendominasi Dinasti Chola, Chera, dan Pandya di selatan.
Asia Timur
Sekitar
abad ke-8 SM, terjadi
desentralisasi kekuasaan
Dinasti Zhou di Tiongkok. Akibatnya, negara-negara baru bermunculan di daratan Tiongkok. Di sebelah timur laut Tiongkok, berdiri kerajaan
Gojoseon yang muncul dalam catatan sejarah Tiongkok sejak
abad ke-7 SM.
[126] Di sebelah selatannya berdiri kerajaan lain bernama
Jin. Pada beberapa era berikutnya, kerajaan tersebut menjalin hubungan dengan
Dinasti Han di Tiongkok dan mengekspor artefak ke
Jepang.
[127]
Tahun
476 SM,
perang saudara terjadi di Tiongkok, dikenal sebagai
Periode Negara Perang.
Meskipun Dinasti Zhou telah digulingkan pada tahun 256 SM, perang
saudara terus berlanjut sampai tahun 221 SM. Akhir perang saudara
ditandai dengan penaklukan negara-negara di dataran Tiongkok oleh
Ying Zheng dari
negara Qin (setelah menjadi kaisar, ia mengganti nama menjadi
Qin Shi Huang). Dinasti yang diturunkannya disebut
Dinasti Qin. Dinasti tersebut digulingkan pada tahun 206 SM karena pemberontakan rakyatnya, dan digantikan oleh
Dinasti Han. Dinasti Han mengembangkan
kartografi
canggih, pembuatan kapal, dan navigasi. Di antara kekaisaran lain
selama periode klasik, Dinasti Han lebih maju dalam hal pemerintahan,
pendidikan, matematika, astronomi, dan teknologi.
Pada masa
Dinasti Han, terjadi perebutan kekuasaan di
Semenanjung Korea, yang pada masa itu merupakan wilayah Kerajaan
Gojoseon dan
Jin. Tahun 194 SM, Kerajaan
Gojoseon digantikan
Wiman Joseon setelah
kudeta terjadi. Pada 108 SM, pasukan Dinasti Han datang menaklukkan Wiman Joseon dan membentuk
Empat Komander Han. Akan tetapi semuanya direbut kembali oleh bangsa Korea. Pada
abad ke-1, Di bekas wilayah Gojoseon, berdiri negara-negara kompetitif dalam periode
Tiga Kerajaan Korea (
Goguryeo,
Baekje,
Silla).
Selain berperang satu sama lain, masing-masing kerajaan terlibat perang
dengan negara tetangganya: Tiongkok. Perang antara Tiongkok dengan
salah satu kerajaan di Korea terjadi dari periode Dinasti Han sampai
Dinasti Tang (
abad ke-7).
Dari
stepa Asia Tengah (sebelah barat daya Tiongkok), bangsa
nomad penunggang kuda memberi ancaman bagi kekaisaran Tiongkok. Pengembangan
sanggurdi
dan pengembangbiakan kuda cukup kuat untuk mengangkut para pemanah
bersenjata lengkap, sehingga bangsa nomad tersebut menjadi ancaman
terus-menerus bagi peradaban Tiongkok yang bertempat tinggal tetap.
Seiring dengan usaha ekspansi militernya, Dinasti Han kerap berseteru
dengan bangsa
Xiongnu,
nomad dari
Asia Tengah.
Pertikaian tersebut kerap diselesaikan dengan perjanjian damai dan
sering terulang kembali. Pemerintahan Kekaisaran Tiongkok sempat
digantikan oleh
Dinasti Xin yang berumur pendek, sebelum akhirnya kembali lagi pada Dinasti Han.
[128]
Detail kereta kuda pada cermin perunggu dari Tiongkok yang dikirim ke Jepang. Peninggalan dari
zaman Kofun (250 SM–538 M), ditemukan di Kikusui-machi, Kumamoto.
Antara 1000 SM sampai 400 SM, saat berbagai dinasti telah berdiri di Tiongkok, dan Gojoseon berdiri di Korea, kepulauan
Jepang masih berada pada
Zaman Jomon. Zaman tersebut digantikan oleh
Zaman Yayoi yang berlangsung dari 400 SM (abad ke-5 SM) sampai 250 M. Zaman Yayoi digantikan oleh
Zaman Kofun, karena banyak
kofun (
tumulus) yang ditemukan berasal dari zaman tersebut. Masa pendirian
Dinasti Yamato, yaitu garis keturunan
kaisar Jepang masih belum jelas karena berbaur dengan legenda; kaisar semi-mitologis terakhir adalah
Kaisar Ojin, dan pemerintahan kaisar-kaisar sebelumnya belum dapat dibuktikan secara arkeologis.
[129] Sejauh ini, catatan sejarah mengenai keadaan awal Jepang ditemukan dalam kitab kuno seperti
Nihon Shoki yang dipenuhi dengan legenda.
Setelah Tiongkok jatuh ke dalam
perang saudara pada tahun 220 (
abad ke-3), kekaisaran tersebut terbagi menjadi tiga kekuatan besar—
Wei,
Shu, dan
Wu—pada periode yang dikenal sebagai
Zaman Tiga Negara (220–280). Setelah berakhirnya
Zaman Tiga Negara, Tiongkok disatukan kembali di bawah
Dinasti Jin (265–420). Menurut catatan sejarah Tiongkok (
Kitab Jin dan
Kitab Song),
lima penguasa monarki dari
Jepang mengirim
upeti kepada Kaisar Tiongkok dari kalangan Dinasti Jin saat itu (
abad ke-5). Menurut catatan tersebut, Jepang disebut sebagai "Wa"
(倭?).
[130]
Bangsa
nomad
kembali menginvasi Tiongkok pada abad ke-4 M, dan berhasil menaklukkan
kawasan Tiongkok Utara dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Setelah
Dinasti Jin runtuh, Tiongkok jatuh dalam periode perang saudara dan
terbagi menjadi
enam belas negara yang saling menaklukkan.
Persia dan Timur Dekat
Persia, sebagaimana
Timur Dekat merupakan tempat perkembangan peradaban dan permukiman sejumlah suku, di antaranya
Elam dan
Mede. Sejak zaman kuno, terjadi hubungan antara kerajaan di Persia dengan kerajaan di
Mesopotamia. Tahun 646 SM, Raja
Ashurbanipal dari
Asiria menghancurkan kota
Susa, sehingga mengakhiri supremasi bangsa Elam di kawasan pesisir
teluk Persia.
[131] Selama lebih dari 150 tahun, para Raja Asiria di
Mesopotamia Utara berusaha menaklukkan
bangsa Mede di Persia Barat.
[132] Di bawah tekanan
kekaisaran Asiria, kerajaan-kerajaan kecil di sekitar plato Persia Barat bersatu menjadi suatu negara dengan pemerintahan terpusat.
[131] Pada pertengahan
abad ke-7 SM, bangsa Mede memperoleh kemerdekaan dan bersatu. Tahun 612 SM, bangsa Mede dan
Babilonia menggempur Asiria dan menghancurkan
Niniwe, ibukota Asiria, yang memicu jatuhnya
Kekaisaran Neo-Asiria.
[133] Bangsa Mede membuat tonggak bersejarah penting sebagai pembangun fondasi bangsa dan kekaisaran dalam
sejarah Iran, dan mendirikan kekaisaran pertama di Persia, sampai akhirnya
Koresh yang Agung mendirikan kekaisaran bersatu antara
bangsa Persia dan Mede, mengawali
Kekaisaran Akhemeniyah (
k. 550-330 SM). Pada akhirnya Koresh menaklukkan bangsa Mede,
Lidia, dan
Babilonia, dan mendirikan kekaisaran yang lebih besar daripada Asiria.
Lukisan pertarungan prajurit Persia (kiri) melawan
hoplites Yunani (kanan), pada sebuah
kylix kuno, dibuat sekitar
abad ke-5 SM.
Tahun 499 SM,
negara kota Athena mendukung pemberontakan di
Miletus yang mengakibatkan kehancuran di
Sardis. Hal ini mendorong terjadinya kampanye militer oleh Dinasti Akhemeniyah melawan
bangsa Yunani yang dikenal sebagai
Perang Yunani-Persia yang terjadi selama paruh pertama
abad ke-5 SM.
Selama Perang Yunani-Persia, bangsa Persia memperoleh sejumlah
kemudahan dan menghancurkan Athena pada 480 SM, namun setelah bangsa
Yunani meraih kemenangan, pasukan Persia terpaksa ditarik mundur saat
kehilangan kuasa atas
Makedonia,
Thrakia, dan
Ionia. Peperangan diakhiri dengan Perdamaian Callias pada 449 SM.
Alexander Agung dari
Makedonia
menaklukkan Persia pada tahun 331 SM. Imperium yang dibangun Alexander
terpecah-belah tak lama setelah kematiannya, dan salah seorang jenderal
Alexander,
Seleukos I Nikator, mencoba mengambil alih
Persia,
Mesopotamia, dan kemudian
Suriah dan
Asia Kecil. Garis keturunannya dikenal sebagai
Dinasti Seleukia. Selama masa Dinasti Seleukia dan sepanjang bekas imperium Aleksander,
bahasa Yunani
menjadi bahasa lazim dalam hubungan diplomatis dan sastra. Jalur
perdagangan di darat menyebabkan terjadinya pertukaran budaya.
Agama Buddha disebarkan dari
India, sedangkan
Zoroastrianisme menyebar ke barat dan memberi pengaruh kepada
agama Yahudi.
[134]
Kekaisaran Parthia merupakan wilayah kekuasaan
Dinasti Arsakia, yang menyatukan dan memimpin kembali plato Iran setelah menaklukkan Parthia dan mengalahkan
Kekaisaran Seleukia pada
abad ke-3 SM, dan perlahan-lahan menguasai
Mesopotamia antara 150 SM sampai 224 M. Pada periode yang sama, di sebelah barat, tepatnya
semenanjung Italia, suatu imperium yang disebut
Roma sedang berdiri. Bagi
bangsa Romawi yang bergantung pada
infantri berat, pasukan Parthia sulit dikalahkan karena
pasukan berkuda
mereka lebih cepat dari segi mobilisasi daripada tentara pejalan kaki.
Sebaliknya, pasukan Parthia merasa sulit mempertahankan daerah taklukkan
karena kurang cakap dalam peperangan kepung. Oleh karena kelemahan
tersebut, baik Roma maupun Parthia tidak mampu menganeksasi teritori
satu sama lain. Kekaisaran Parthia runtuh pada 224, ketika organisasi
imperium tersebut jatuh dan raja terakhirnya dikalahkan oleh bangsa
taklukkan mereka sendiri, yaitu bangsa Persia di bawah
Dinasti Sassaniyah.
Shah pertama dari
kekaisaran Sassaniyah,
Ardashir I,
mereformasi negeri tersebut secara ekonomi dan militer. Wilayah
kekaisaran tersebut mencakup kawasan yang kini merupakan wilayah negara
Iran,
Iraq,
Israel,
Lebanon,
Yordania,
Armenia, sebagian
Afghanistan,
Turki,
Suriah, sebagian
Pakistan,
Kaukasia,
Asia Tengah,
Arab, dan sebagian
Mesir.
Kekaisaran Sassaniyah menyerang
Bizantium yang dipimpin
Mauricius. Setelah sejumlah keberhasilan, pasukan Sassaniyah dikalahkan di
Issus,
Konstantinopel, dan terakhir di
Niniwe, selanjutnya diakhiri dengan perjanjian damai. Setelah mengakhiri
Perang Romawi-Persia, pasukan Persia kalah dalam
pertempuran al-Qâdisiyah (632) di
Hilla (kini merupakan wilayah
Irak) saat menghadapi pasukan
muslim. Keunikan dan budaya aristokratik dinasti tersebut mengubah
penaklukan Islam dan destruksi Iran menjadi Renaisans Persia.
[135]
Sejumlah budaya yang kini dikenal sebagai kebudayaan, arsitektur, dan
sastra Islami serta kontribusi lainnya terhadap peradaban tersebut,
diambil dari Persia Sassaniyah untuk dunia muslim yang lebih luas.
[135]
Eropa dan Mediterania (800 SM–500 M)
Di
Dunia Barat, bangsa
Yunani Kuno (dan kemudian
Romawi Kuno) mendirikan kebudayaannya sendiri yang pelaksanaan, aturan, dan adatnya dipandang sebagai fondasi bagi
peradaban Barat kontemporer. Peradaban mereka mencapai
Era Klasik (500 SM–500 M) yang mencakup periode
sejarah saat peradaban
Yunani Kuno dan
Romawi Kuno
saling melengkapi. Era ini adalah masa saat masyarakat Yunani dan
Romawi berkembang dan memegang pengaruh yang besar di seluruh Eropa,
Afrika Utara, dan Timur Tengah. Era ini dimulai dengan catatan pertama
puisi Yunani karya
Homeros (abad ke-8 hingga abad ke-7 SM) dan berlanjut dengan bangkitnya
Kekristenan dan
runtuhnya Kekaisaran Romawi (abad ke-5). Era ini berakhir dengan hilangnya budaya klasik dan berubah menjadi
Abad Pertengahan Awal
(500–1000 M). Dari pecahan-pecahan era klasik yang bertahan hidup,
gerakan kebangkitan terbentuk secara bertahap dari abad ke-14 yang
akhirnya dikenal di Eropa dengan nama
Renaisans.
Kekaisaran Makedonia
Sejak zaman kuno, tanah di sekitar
Aegae,
ibukota Makedonia pertama, merupakan permukiman bagi sejumlah suku.
Kerajaan Makedonia pertama terbentuk sekitar abad ke-8 atau awal abad
ke-7 SM di bawah Dinasti Argead, yang menurut legenda berasal dari kota
Argos di
Peloponnesus. Pada masa pemerintahan
Aleksander I, kaum Argead memulai ekspansi ke
Makedonia Hulu—yang saat itu dihuni suku seperti Linkeste dan Elmiote—dan ke sebelah barat, melewati
sungai Axius, mencapai
Eordaia,
Bottiea,
Migdonia, dan
Almopia, kawasan yang banyak dihuni oleh suku bangsa
Trakia.
[136] Di dekat kawasan yang kini merupakan kota
Veria,
Perdikas I (atau mungkin putranya,
Argaeus I) mendirikan ibukota, Aigai (kini disebut
Vergina). Setelah periode di bawah pemerintahan
Darius I dari Persia, Makedonia memperoleh kemerdekaannya di bawah kepemimpinan Raja
Aleksander I (495–450 SM).
Sebelum abad ke-4 SM, Makedonia meliputi region yang kira-kira seluas bagian
barat dan
tengah provinsi Makedonia di
Yunani kini. Negeri Makedonia bersatu didirikan oleh Raja
Amyntas III. Amyntas memiliki tiga putra; yang sulung dan tengah,
Aleksander II dan
Perdikas III memerintah hanya sekejap. Pewaris tahta Perdikas III yang masih kecil diberhentikan oleh putra ketiga Amyntas,
Filipus II,
yang mengangkat dirinya sebagai raja dan membawa periode kejayaan
Makedonia atas Yunani. Di bawah pemerintahan Filipus II, (359-336 SM),
Makedonia meluas hingga ke teritori suku
Paeonia,
Thrakia, dan
Illyria. Di antara penaklukkan tersebut, ia menganeksasi kawasan
Pelagonia dan
Paeonia Selatan.
[137]
Putra Filipus,
Aleksander Agung, berupaya agar hegemoni Makedonia tidak hanya di kawasan Yunani, tetapi juga di
Kekaisaran Akhemeniyah (Persia), meliputi
Mesir dan kerajaan-kerajaan jauh di timur hingga mencapai
India.
Gaya pemerintahan yang diadopsi Aleksander bagi daerah taklukkannya
diiringi dengan penyebaran kebudayaan Yunani di sepanjang imperiumnya.
Meskipun imperiumnya terbagi menjadi sejumlah rezim Helenistik tak lama
setelah kematiannya, penaklukkannya meninggalkan warisan abadi, tidak
terbatas bagi kota-kota Yunani yang didirikan di wilayah Persia Barat,
mengantarkan
Mediterania-
Timur Dekat pada periode
peradaban Hellenistik. Dalam pembagian imperium Aleksander, Makedonia sendiri jatuh pada
Dinasti Antipatrid, yang kemudian digulingkan oleh
Dinasti Antigonid tahun 294 SM.
Antipater dan putranya,
Kassander,
memperoleh kuasa atas Makedonia namun kerusuhan berkobar setelah
kematian Kassander pada 297 SM. Makedonia diperintah sementara oleh
Demetrius I (294–288 SM). Putra Demetrius,
Antigonus II (277–239 SM), mengalahkan invasi
Galatia sebagai
condottiere,
dan memperbaiki nama baik keluarganya di Makedonia; ia berhasil
memperbaiki sistem pemerintahan dan kemakmuran negerinya, meskipun ia
kehilangan banyak kendali atas sejumlah
negara kota di Yunani. Ia mendirikan monarki yang stabil di bawah kekuasaan
Dinasti Antigonid.
Saat pemerintahan
Filipus V (221–179 SM) dan putranya,
Perseus (179–168 SM), Makedonia berbentrokan dengan
Republik Romawi yang saat itu sedang melaksanakan hegemoninya. Selama abad ke-2 dan ke-1 SM, Makedonia terlibat dalam sejumlah
peperangan melawan Roma.
Dua kekalahan besar yang mengakhiri kejayaan Kerajaan Makedonia terjadi
pada 197 SM saat Roma mengalahkan Filipus V, dan 168 SM saat Roma
mengalahkan Perseus. Kekalahan Makedonia menyebabkan berakhirnya Dinasti
Antigonid dan pembubaran kerajaan Makedonia. Tahun 149 SM,
Andriskos
berhasil mendirikan kembali kerajaan tersebut namun kejayaannya tidak
berlangsung lama karena kekuatan Romawi berhasil mengalahkannya. Tak
lama setelahnya, pemerintah Romawi mendirikan
Provinsi Romawi Makedonia sehingga bekas kerajaan tersebut dikuasai oleh pemerintah Romawi sepenuhnya.
Kekaisaran Romawi
Romawi Kuno merupakan suatu peradaban yang bermula di kawasan yang kini disebut
Italia, pada
abad ke-8 SM. Menurut catatan sejarah
Ab urbe condita libri ("Catatan [Sejarah] Sejak Pendirian Kota [Roma]") oleh
Titus Livius, peradaban Romawi berawal dari pendirian kota
Roma oleh
Romulus dan Remus—keturunan
Aineias dari
Troya—pada tahun 753 SM. Romulus mengangkat diri sebagai
Raja Romawi pertama sejak Roma didirikan. Sebelum pendirian Roma, kawasan Italia didominasi oleh
bangsa Etruria (di region
Etruria). Akan tetapi, pengaruh Etruria terhadap perkembangan peradaban Romawi seringkali ditekan.
[138] Peradaban Romawi justru lebih dipengaruhi oleh peradaban Yunani, terutama melalui kegiatan perdagangan.
[139] Kerajaan Romawi memperluas daerah kekuasaannya melalui penaklukkan dan kolonisasi. Setelah diperintah oleh tujuh raja,
Kerajaan Romawi jatuh ke dalam perpecahan. Tahun 509 SM, Kerajaan Romawi berubah menjadi
Republik Romawi dengan sistem pemerintahan
republik oligarki. Republik Romawi yang bertahan selama kurang lebih 500 tahun, melemah dan runtuh melalui beberapa
perang saudara.
[d] Serangan bangsa
biadab di wilayah perbatasan makin mempercepat perpecahan internal.
Peralihan
Republik Romawi menjadi
kekaisaran berkembang pada masa peperangan melawan
Kartago dan
Kekaisaran Seleukia. Beberapa peristiwa banyak diajukan sebagai penanda peralihan dari
republik menjadi
kekaisaran, termasuk penunjukan
Julius Caesar sebagai
diktator seumur hidup (44 SM),
Pertempuran Actium (
2 September 31 SM), dan pemberian gelar
Augustus kepada
Octavianus oleh Senat (
4 Januari 27 SM).
[e]
Kekaisaran Romawi (
bahasa Latin:
Imperium Romanum) adalah periode pasca
-Republik Romawi, ditandai dengan bentuk pemerintahan
otokrasi dan wilayah kekuasaan yang lebih luas di Eropa dan sekitar Mediterania.
[140]
Suatu kekaisaran besar seperti Romawi bergantung pada pencaplokan
teritori secara militer dan pada susunan permukiman yang terlindungi
untuk menjadi pusat penghasil pangan.
[141] Perdamaian relatif yang dicanangkan suatu kekaisaran dapat menggiatkan
perdagangan internasional, terutama rute perdagangan sibuk di
Laut Tengah yang telah berkembang sejak
periode Hellenistik.
Kekaisaran Romawi menghadapi masalah umum yang berkaitan dengan
pemeliharaan pasukan yang berjumlah besar dan penyokongan terhadap
birokrasi pusat.
Pada masa pemerintahan Kaisar
Augustus (akhir abad ke-1 SM), Roma menguasai seluruh negeri di sekeliling
Mediterania (
Laut Tengah). Pada dua abad pertamanya, Kekaisaran Romawi mengalami kestabilan dan kemakmuran, sehingga periode tersebut dikenal sebagai
Pax Romana ("Kedamaian Romawi"). Romawi ini mencapai wilayah terluasnya di bawah kaisar
Trayanus (awal abad ke-2 M); pada masa pemerintahannya (98–117 M) Kekaisaran Romawi menguasai kira-kira
6,5 juta km
2 permukaan tanah, sebagian besar daerah Eropa dari
Inggris hingga
Mesopotamia.
[142]
Pada akhir abad ke-3 M, Romawi menderita
krisis yang mengancam keberlangsungannya, namun berhasil disatukan kembali dan distabilkan oleh kaisar
Aurelianus dan
Diokletianus.
Penganiayaan terhadap umat Kristen berubah setelah Konstantinus Agung
menjadi Kaisar dan menoleransi ajaran para pengikut Kristus pada tahun
330 M. Sementara pada tahun 395 M kematian
Theodosius kemudian membagi kekaisaran menjadi
Kekaisaran Romawi Barat dan
Kekaisaran Romawi Timur. Perpecahan
Kekaisaran Romawi secara berangsur-angsur
[142][143] terjadi beberapa abad setelah abad ke-2 M, bersamaan dengan penyebaran
agama Kristen dari
Timur Tengah ke barat.
Kekristenan mula-mula
Diawali dengan
kelahiran Yesus yang menandai era baru yang disebut era
Masehi (dari
bahasa Arab:
المسيح al-Masih), dan era sebelum kelahiran Yesus disebut sebagai
Sebelum Masehi (SM).
[f] Kehidupan,
pelayanan,
kematian, dan—seperti yang dipercayai umat
Kristen—
kebangkitan dan
kenaikan Yesus ke Surga, menjadikan Yesus sebagai salah satu tokoh yang pernah hidup yang paling mempengaruhi sejarah dunia.
[144]
Kekristenan mula-mula biasanya didefinisikan sebagai kekristenan dalam rentang waktu tiga abad antara penyaliban
Yesus (sekitar tahun
30 M) dan
Dewan Nicaea Pertama (
325 M). Setelah
Amanat Agung diberikan oleh Yesus kepada
para muridnya, gerakan tersebut dimulai dari sekelompok kecil orang-orang
Yahudi (termasuk
Paulus) yang menyebarkan pengajaran Yesus ke kota-kota di seantero dunia
Helenistik, seperti
Aleksandria,
Antiokhia,
Roma, dan bahkan di luar
Kerajaan Roma, hingga akhirnya membawa
Kaisar Konstantinus Agung menjadikan
kekristenan sebagai
agama resmi Kekaisaran Romawi, yang dalam hal ini menjadi titik balik
sejarah di
Eropa dalam hal kebebasan peradaban.
[145].
Bangsa Goth dan Hun
Bangsa Goth merupakan anggota dari
suku bangsa Jermanik, bermukim di
Eropa Utara dan bermigrasi ke kawasan sekitar
Laut Hitam. Pada
abad ke-1, bangsa
Hun—yang mulanya bermukim di dekat
Laut Kaspia—bermigrasi ke kawasan tenggara
Kaukasus[146] dan memasuki
Eropa sekitar tahun 370, menginvasi wilayah yang dikuasai bangsa Goth, dan mendirikan
Kekaisaran Hun. Sekelompok suku Goth melarikan diri ke seberang
sungai Donau, kemudian mereka
bentrok dengan
Kekaisaran Romawi. Pada periode tersebut,
Ulfilas—misionaris Goth yang menciptakan
alfabet Gothik—
menerjemahkan Alkitab dan mengkonversi kepercayaan bangsa Goth, dari
paganisme menjadi
Kristen Arian. Pada abad ke-4 sampai ke-6, bangsa Goth terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu
Visigoth—yang kemudian menjadi
foederatus Romawi—dan
Ostrogoth, yang bergabung dengan suku Hun.
Suku
Ostrogoth memberontak kepada suku
Hun sehingga
pertempuran meletus di Nedao pada tahun 454. Pertempuran itu dimenangkan oleh suku Ostrogoth. Setelah kemenangannya, pemimpin mereka,
Theodoric yang Agung mengajak rakyatnya bermukim di
Italia, dan mendirikan
Kerajaan Ostrogoth yang dikemudian hari menguasai region
semenanjung Italia. Tak lama setelah kematian Theodoric pada tahun 526, kerajaan tersebut direbut oleh
Kerajaan Romawi Timur, dalam
peperangan yang menghancurkan dan mengurangi populasi penduduk di kawasan tersebut.
[147] Setelah pemimpin mereka gugur dalam
pertempuran Taginae, perlawanan Ostrogoth berakhir, dan suku Goth yang tersisa berasimilasi dengan suku
Lombard, yang menginvasi semenanjung Italia dan mendirikan
Kerajaan Lombardia di Italia Utara pada tahun 567 M.
Di bawah kepemimpinan
Alaric I, suku
Visigoth menjarah Roma pada tahun 410, mengalahkan
Attila sang Raja Hun dalam
pertempuran Chalons tahun 451, dan mendirikan
Kerajaan Visigoth di
Aquitaine. Suku Visigoth didesak menuju
Hispania oleh
bangsa Frankia setelah
pertempuran Vouillé tahun 507. Pada akhir abad ke-6, suku Visigoth dikonversi menjadi umat
Katolik.
[148]
Keruntuhan Kekaisaran Romawi
Antara
abad ke-5 dan
ke-6,
Kekaisaran Romawi Barat menghadapi sejumlah serangan dari bangsa
barbar, seperti
Goth,
Hun, atau
suku Jermanik lainnya. Kekaisaran tersebut
runtuh pada 476 M setelah
Romulus Augustus dipaksa untuk menyerah kepada pemimpin
Jermanik,
Odoaker,
[149] yang menandai dimulainya
Zaman Kegelapan di Eropa Barat.
Kerajaan Italia yang dikuasai Odoaker akhirnya jatuh ke tangan
Theodoric dari bangsa Goth. Sementara itu Kekaisaran Romawi Timur di timur Mediterania terus berlanjut hingga
Abad Pertengahan sebagai
Kekaisaran Bizantium,
[150] yang pada akhirnya runtuh pada tahun 1453 dengan meninggalnya
Konstantinus XI dan
penaklukan Konstantinopel oleh
Turki Utsmaniyah yang dipimpin oleh
Mehmed II.
[149]
Karena wilayahnya yang luas dan jangka waktunya yang lama, institusi
dan kebudayaan Romawi memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan bahasa, agama, arsitektur, filsafat, hukum, dan bentuk
pemerintahan di daerah-daerah yang dikuasainya, khususnya di Eropa.
[142] Ketika bangsa Eropa melakukan ekspansi ke belahan dunia lainnya, pengaruh Romawi ikut disebarkan ke seluruh dunia.
[150]
Era Pascaklasik (500–1500)
Era Pascaklasik merupakan kurun waktu setelah
Era Klasik di
Eropa, namun dengan jangkauan dunia global. Era ini lazimnya terhitung sejak
jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5. Kekaisaran Romawi Barat terpecah belah menjadi berbagai kerajaan mandiri, sementara itu Romawi Timur, atau
Kekaisaran Bizantium bertahan hingga menjelang akhir Abad Pertengahan. Era ini juga berkaitan dengan
kemunculan agama Islam,
penaklukkan Islam, kemudian
zaman kejayaan Islam, dan permulaan serta perluasan
perdagangan budak Arab, diikuti dengan
serbuan Mongol di Timur Tengah dan Asia Tengah. Di
Asia Selatan berdiri
kerajaan pertengahan di India, disusul dengan pendirian
kesultanan di India.
Kekaisaran Tiongkok mengalami pergantian dinasti di antaranya
Dinasti Sui,
Tang,
Liao,
Jin,
Yuan dan
Ming. Jalur perdagangan Timur Tengah yang melalui Samudra Hindia, serta
Jalur Sutra yang melalui
gurun Gobi,
memberikan hubungan ekonomi dan budaya yang terbatas antara peradaban
Asia dan Eropa. Sementara Abad Pertengahan bergantung pada pengaruh dari
Eropa, peradaban di benua Amerika, seperti
Inka,
Maya, dan
Aztek, masih terus berkembang, kemudian berakhir pada masa yang berbeda-beda.
Dinasti di Asia Timur
Di
Tiongkok, sejumlah dinasti didirikan dan diruntuhkan silih berganti. Setelah keruntuhan
Dinasti Jin (265–420), kekaisaran Tiongkok
pecah menjadi banyak negara
(304–469). Kerajaan tersebut saling bertikai, namun setelah usaha
penyatuan hampir berhasil, muncul dua kekuatan besar yang mengklaim diri
sebagai penerus tahta kekaisaran Tiongkok. Periode tersebut dikenal
sebagai masa
Dinasti Utara dan Selatan (420–589). Negara-negara tersebut bersatu di bawah
Dinasti Sui pada tahun 581. Dinasti tersebut tidak bertahan lama dan digantikan oleh
Dinasti Tang
(618). Di bawah pengaruh dinasti ini, kekaisaran Tiongkok mengalami
zaman kejayaannya dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Kejayaan
militer di
Basin Tarim menyebabkan
Jalur Sutera terbuka sehingga Tiongkok dapat melakukan perdagangan dengan
Asia Tengah, bahkan hingga ke
Barat.
[151] Dinasti ini membawa Tiongkok memasuki
zaman keemasan kedua.
[152] Ibukotanya,
Chang'an (kini disebut
Xi'an) merupakan kota terbesar di dunia pada masa itu.
[153]
Di sebelah timur Tiongkok, tepatnya
Korea dan
Jepang, terjadi perkembangan sistem pemerintahan dan tata negara. Pada masa Dinasti Tang berkuasa di Tiongkok,
Jepang masih diperintah oleh
kaisar dari
Dinasti Yamato. Kepulauan Jepang sendiri terbagi menjadi beberapa
provinsi. Selama
zaman Asuka (538–710),
provinsi Yamato berkembang menjadi negara dengan pemerintahan terpusat.
[154] Agama Buddha mulai masuk,
[155] dan ada upaya untuk mengadopsi beberapa unsur kebudayaan Tiongkok dan
agama Khonghucu.
Zaman Nara
(abad ke-8) ditandai oleh munculnya negara Jepang yang berdaulat dan
seringkali diungkapkan sebagai zaman keemasan. Selama periode ini,
pemerintah imperial ambil bagian dalam kantor pemerintahan, kuil,
pembangunan jalan, dan sistem irigasi. Pada
Zaman Heian (794-1185) terjadi puncak kekuasaan imperial, diikuti dengan kebangkitan klan-klan militer sebagai permulaan
feodalisme di Jepang.
Pada
abad ke-7, masa-masa berakhirnya
Zaman Tiga Kerajaan (
Goguryeo,
Baekje dan
Silla) terjadi di
Semenanjung Korea. Silla menaklukkan Baekje pada tahun 660, lalu Goguryeo pada tahun 668,
[156] menandai permulaan
Zaman Negara Utara-Selatan, dengan Kerajaan
Silla Bersatu di selatan, dan
Balhae
(penerus kekuasaan kerajaan Goguryeo) di utara. Sekitar tahun 900-an,
terjadi perpecahan di Korea yang mengakibatkan munculnya kekuatan yang
saling bersaing; periode tersebut dikenal sebagai
Zaman Tiga Kerajaan Akhir, dengan kemenangan Goguryeo (yang kemudian disebut
Hugoguryeo, dan akhirnya berganti nama menjadi
Goryeo), yang menyatukan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Korea pada tahun 936.
Sekitar abad ke-10, Dinasti Tang di Tiongkok mengalami kemunduran
karena pemberontakan di wilayah selatan. Akhirnya wilayah kekaisaran
Tiongkok terpecah menjadi
lima dinasti dan sepuluh negara yang saling bertikai (907–960). Pada tahun 907, di Tiongkok Utara berdiri
Dinasti Liao yang didirikan oleh
bangsa Khitan dari kawasan
Mongolia kini. Sementara itu perang saudara di selatan diakhiri dengan berdirinya
Dinasti Song (960). Pada masa Dinasti Song, terjadi kemajuan teknologi dalam peperangan, yaitu pengembangan
bubuk mesiu yang berujung pada penciptaan
senjata api, seperti
senapan,
meriam, dan
pelontar api.
[157] Saat Dinasti Song sedang berkembang, Dinasti Liao tergantikan oleh
Dinasti Jin (1115) yang didirikan bangsa
Jurchen dari daerah utara.
Dimulai dari tahun
1185, terhitung sejak permulaan
Zaman Kamakura (berdasarkan nama
Keshogunan Kamakura yang berkuasa pada zaman tersebut), Jepang mengalami periode
feodalisme. Wilayah Jepang terbagi-bagi menjadi sejumlah region yang dikuasai oleh penguasa regional (
daimyo) dan
panglima perang (
shogun) dari kalangan
klan bangsawan yang mendapat perhatian
kaisar Jepang.
Garis keturunan kaisar dari dinasti terawal masih berlanjut, namun
tidak memberi pengaruh banyak dan hanya sebagai simbol kepala
pemerintahan saja. Pada masa ini terjadi pertikaian antara klan-klan
besar, seperti
Minamoto dan
Taira.
Setelah konflik internal selama beberapa dasawarsa, bangsa
Jepang—demikian pula Tiongkok dan Korea—dikejutkan oleh serbuan barbar
dari Asia Tengah:
bangsa Mongol.
Pada abad ke-13,
bangsa Mongol melancarkan serbuan ke
Asia Timur. Dinasti Jin dan Song tidak mampu mematahkan serbuan mereka. Dua dinasti tersebut runtuh dan menjadi
Dinasti Yuan (1271), dikuasai oleh orang Mongol dan menjadi bagian dari
Kekaisaran Mongolia.
[158][159] Bangsa Korea—yang pada saat itu dipimpin
Dinasti Gojoseon—diperangi
dalam serangkaian pertempuran antara tahun 1231 sampai 1251;
pertempuran dimenangkan pihak Mongol sehingga Gojoseon menjadi salah
satu
vasal Kekaisaran Mongolia.
Dari Korea, bangsa Mongol menyeberang ke Jepang pada tahun 1274 dan
1281. Akan tetapi invasi tersebut gagal karena armada mereka tenggelam.
Setelah kejayaan Kekaisaran Mongolia berakhir, negara vasalnya
melepaskan diri.
Pada tahun 1392, Dinasti Goryeo digantikan oleh
Dinasti Joseon, yang akan menguasai
Semenanjung Korea selama kurang lebih 500 tahun. Pada
dekade yang sama, pemerintahan
Dinasti Yuan di
Tiongkok digulingkan oleh rakyat dan digantikan dengan pemerintahan
Dinasti Ming (1368–1644) oleh
orang Han. Di bawah Dinasti Ming, sekali lagi Tiongkok berada dalam masa kejayaannya.
[160] Dinasti ini berdiri dari tahun 1368 dan berakhir pada tahun 1644.
Perkembangan Islam
Peta daerah taklukan muslim, dalam rentang tahun 622–750.
622–632, oleh Nabi Muhammad
632–661, oleh Khulafaur Rasyidin
661–750, oleh Khulafaur Umayyah
Pada
abad ke-7, di
jazirah Arab,
Muhammad bin Abdullāh menyebarkan agama baru yang disebut
Islam, dan pengikutnya disebut
muslim. Kemunculan Islam mengakhiri periode
paganisme bangsa Arab sebelumnya yang dikenal sebagai zaman
Jahiliyah. Sebelum kemunculan
Islam, kota
Mekkah sudah menjadi pusat perdagangan di Arab, dan Muhammad adalah seorang pedagang. Dengan tradisi
haji,
yaitu perjalanan suci ke Mekkah, kota tersebut tidak hanya menjadi
pusat pertukaran komoditas, melainkan juga pertukaran ide. Pengaruh
pedagang Muslim atas rute perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sungguh
besar. Akibatnya, peradaban Islam berkembang dan meluas dengan basis
perekonomian pedagangnya, berbeda dengan Kristen, India, dan Tiongkok
yang masyarakatnya berbasis pada pertanian. Pengetahuan dan keterampilan
dari Timur Tengah,
Yunani, dan
Persia Kuno
dipelajari oleh kaum muslim pada Abad Pertengahan. Kaum muslim juga
memberi inovasi bagi penemuan bangsa lain, misalnya pengolahan
kertas dari
Tiongkok dan posisi
desimal pada
sistem bilangan dari
India.
Sebagian besar pembelajaran dan perkembangan tersebut berhubungan
dengan geografi. Para pedagang muslim membawa barang dagangan serta
agama mereka ke
Asia Selatan,
Asia Tenggara,
Asia Tengah, Tiongkok,
[g] dan kerajaan-kerajaan di
Afrika Barat, lalu kembali dengan penemuan-penemuan baru.
[161][162]
Penaklukan Islam dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Ia mendirikan kekhalifahan di
jazirah Arab di bawah pemerintahan
Khulafaur Rasyidin dan
Umayyah. Setelah wafatnya Muhammad, kaum
muslim memulai ekspansi mereka pada akhir
Era Klasik dan awal Abad Pertengahan. Pada pertengahan
abad ke-7, pasukan muslim menaklukkan
Timur Tengah,
Mesir, dan
Afrika Utara. Pasukan muslim menaklukkan Persia pada tahun 642, sehingga mengakhiri
Dinasti Sassaniyah. Selama periode supremasi kaum
Rajput di India Utara dan Barat Daya (kini
Pakistan), invasi muslim berjalan ke kawasan tersebut seiring ekspansi mereka ke
Asia Tengah. Dari Persia, kaum muslim menaklukkan
Multan di
Punjab, wilayah
Pakistan masa kini. Mobilisasi pasukan muslim ke
India sempat tertahan setelah kekalahan mereka dalam
pertempuran Rajasthan. Dari
Maroko di
Afrika Utara, pasukan muslim menyeberangi
selat Gibraltar dan menaklukkan
semenanjung Iberia pada tahun 711. Wilayah tersebut diberi nama
Al-Andalus, dan di kemudian hari menjadi
Kekhalifan Córdoba. Ekspansi kaum muslim di
Eropa Barat ditahan oleh pasukan Kristen dalam
pertempuran Tours dan
pertempuran sungai Berre. Pada akhir
abad ke-15, monarki Kristen di Eropa
merebut kembali semenanjung Iberia.
Dalam perjalanan sejarahnya, dan setelah berbagai konflik yang
dilalui, kekuatan muslim di dunia pada Abad Pertengahan sempat terbagi
menjadi sejumlah kekhalifahan dan kesultanan, di antaranya:
Abbasiyah,
Fatimiyah,
Almorawiyah,
Seljuk,
Ajuuraan,
Adal dan
Warsangali di
Somalia,
Mughal di
India,
Safawiyah di
Persia, dan
Utsmaniyah di
Turki. Peradaban Islam memunculkan berbagai pusat kebudayaan dan pembelajaran serta melahirkan
ilmuwan,
astronom,
matematikus,
dokter,
perawat, dan
filsuf terkemuka selama
Zaman Kejayaan Islam. Dalam perkembangannya, kaum muslim mengalami perselisihan dengan imperium di
Eropa, dan terlibat dalam serangkaian peperangan, di antaranya:
Perang Bizantium-Seljuk,
Perang Bizantium-Utsmaniyah, dan
Perang Salib.
Kekaisaran Bizantium berhasil menghalau pasukan Fatimiyah di
Anatolia, region
Turki,
sampai akhirnya kaum Seljuk datang dan bersekutu dengan Abbasiyah.
Disintegrasi Dinasti Seljuk memicu kebangkitan sejumlah monarki kecil
yang bersaing untuk kekuasaan di Anatolia selama periode Perang Salib,
hingga masa kebangkitan
Kesultanan Utsmaniyah. Kesultanan tersebut berhasil menaklukkan Bizantium pada tahun 1453.
Tahun 1258,
pasukan Mongol di bawah pimpinan
Genghis Khan menghancurkan Kekhalifanan Abbasiyah, ditandai dengan keberhasilan mereka dalam
pengepungan Baghdad (1258). Sekitar seabad kemudian,
Timur Leng, seorang kesatria
Turk-
Mongol, berusaha mengulang kembali kejayaan Genghis Khan. Setelah menaklukkan
Damaskus, ia beralih agama ke Islam, mengawali era ekspansi muslim Turk dan Mongol ke
Eropa Timur,
Asia Tengah, dan
India. Selama masa pemerintahannya, Timur menjadi penguasa di dunia muslim setelah mengalahkan kaum
mamluk di
Mesir dan
Suriah,
Kesultanan Utsmaniyah, dan
Kesultanan Delhi. Kesultanan Utsmaniyah meraih kembali kekuasaannya dengan menguasai sebagian besar Timur Tengah.
Dinasti Safawiyah menguasai
Persia dan Asia Tengah, sedangkan keturunan Timur menginvasi
Kabul. Dari sana, suatu kesultanan terbentang, dibatasi oleh Persia di sebelah barat dan
teluk Benggala di sebelah timur; kesultanan ini disebut sebagai
Kesultanan Mughal.
Dinasti Safawiyah berakhir dengan kematian pemimpin terakhirnya,
Ismail III, pada tahun 1760. Kesultanan muslim terakhir,
Utsmani, runtuh pada tahun 1918 setelah
Perang Dunia I.
[h]
Nomad di Asia Tengah
Bermula sejak
Dinasti Sui (581–618), Kekaisaran Tiongkok memulai ekspansi mereka ke sebelah timur
Asia Tengah, dan berurusan dengan
nomad bangsa Turk, yang merupakan suku dominan di Asia Tengah. Pada awalnya hubungan mereka kooperatif, tetapi pada tahun 630,
Dinasti Tang melancarkan ofensif kepada bangsa Turk, dan merebut kawasan
gurun Ordos,
Mongolia Dalam. Dinasti Tang juga bersaing dengan
Kerajaan Tibet demi kekuasaan atas Asia Tengah. Pada
abad ke-8, agama
Islam mulai menyebar ke kawasan tersebut dan akhirnya menjadi agama mayoritas bagi penduduk kawasan tersebut, sementara
agama Buddha masih dominan di sebelah timur. Nomad gurun dari
Arab dapat menjalin hubungan kohesif dengan nomad stepa Asia Tengah, dan
kekhalifahan awal memiliki kuasa atas bagian dari kawasan Asia Tengah.
Bangsa Hun Putih
adalah grup nomad yang mendominasi pada abad ke-6 dan ke-7, dan
menguasai sebagian besar kawasan Asia Tengah. Pada abad ke-10 dan ke-11,
kawasan tersebut terbagi menjadi beberapa negara, termasuk wilayah
Kekhalifan Samaniyah dan
Khwarezmia.
Kekaisaran Mongolia
Kekaisaran besar yang muncul dari Asia Tengah berkembang saat
Genghis Khan menyatukan suku-suku di
Mongolia. Potensi sumber daya dan jalur perdagangan di
Asia Barat membuat Gengis Khan mengalihkan perhatiannya ke sana. Pada 1219-1221, pasukan Mongol menaklukkan
Kekaisaran Khwarezmia
dan kota-kota muslim di sekitarnya. Tahun-tahun berikutnya, melalui
peperangan dan penyerahan, pasukan Mongol menguasai kawasan yang kini
merupakan wilayah
Iran,
Irak,
Suriah, dan
Turki. Tahun 1258, pasukan Mongol berhasil
mengepung Baghdad yang pada masa itu merupakan salah satu kota muslim besar. Ketika pasukan Mongol menyerbu
Palestina, mereka dipukul mundur oleh
prajurit Mamluk di dekat
Lembah Jezreel, dalam
pertempuran Ain Jalut.
Bangsa Mongol menyerbu Tiongkok setelah berhasil melewati
Tembok Besar Tiongkok. Dari utara, mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil dan menjatuhkan
Dinasti Jin dan
Song yang berkuasa saat itu. Penaklukan atas Tiongkok memicu berdirinya
Dinasti Yuan. Sejak 1231, pasukan Mongol menginvasi
Korea yang pada saat itu dikuasai oleh
Dinasti Gojoseon.
Invasi mereka berakhir setelah Gojoseon menyatakan penyerahan dirinya
pada tahun 1259. Setelah penaklukan Korea dan berdirinya Dinasti Yuan,
perhatian pasukan Mongol juga tertuju pada Asia Tenggara, yang pada saat
itu merupakan kawasan bagi sejumlah kerajaan Hindu-Buddha. Tahun 1257,
mereka menyerbu Vietnam Utara, yang pada masa itu merupakan wilayah
Dinasti Tran dan
Kerajaan Champa. Setelah usaha penyerangan yang tidak berhasil, penguasa monarki di Vietnam Utara membuat perjanjian damai dengan Dinasti Yuan.
Pada 1274, pasukan Mongol berangkat dari Korea untuk menyerbu
Jepang. Sebelum berhasil mencapai ibukota Jepang,
armada mereka ditenggelamkan oleh angin
topan, yang kemudian dikenal sebagai
kamikaze ("angin dewa"). Sementara itu di Asia Tenggara, pasukan Mongol juga menyerbu
Burma. Mereka berhasil mengalahkan pasukan Burma, namun terpaksa menarik mundur pasukannya karena iklim tropis dan malaria.
[163]
Tahun 1281, bangsa Mongol melakukan invasi kedua ke Jepang dengan
armada yang berangkat dari Korea dan Tiongkok, namun mendapatkan
kegagalan yang sama. Sementara itu, kemenangan pasukan Mongol dalam
pertempuran Pagan (1287) menyebabkan Burma menjadi
vasal Dinasti Yuan. Tahun 1293, pasukan Mongol menyerbu
Jawa—yang pada saat itu merupakan wilayah
Singhasari—namun gagal.
Di
Eropa, pasukan Mongol menyerbu dan menghancurkan
Kievan Rus', juga menginvasi
Polandia,
Hongaria dan
Bulgaria. Selama tiga tahun (1237–1240), pasukan Mongol menghancurkan dan membinasakan kota-kota besar di Eropa Timur kecuali
Novgorod dan
Pskov.
[164]
Kekaisaran Mongolia hanya bertahan selama kurang lebih satu abad.
Setelah kejayaannya, wilayah taklukan mereka melepaskan diri. Setelah
wafatnya
Genghis Khan pada tahun 1227, sebagian besar kawasan Asia Tengah dikuasai oleh
Khanat Chagatai. Tahun 1369, Timur alias
Timur Leng, seorang pemimpin militer berkebangsaan Turk, menaklukkan sebagian besar wilayah kekuasaan para
khan
Mongol. Akan tetapi kekaisaran yang dibentuk olehnya runtuh tak lama
setelah kematiannya. Kemudian kawasan tersebut dibagi-bagi menjadi
sejumlah
khanat (daerah yang dikuasai
khan), meliputi
Khanat Khiva,
Khanat Bukhara,
Khanat Kokand, dan
Khanat Kashgar.
Eropa pada Abad Pertengahan
Eropa selama
Abad Pertengahan Awal ditandai dengan berkurangnya populasi, urbanisasi, dan serbuan bangsa
biadab, semuanya dimulai sejak
Abad Kuno.
Kaum barbar dari barat, terutama
bangsa Jermanik mendirikan kerajaan-kerajaan mereka di bekas wilayah
Kekaisaran Romawi Barat. Di wilayah tersebut berdiri sejumlah negara-negara yang lambat laun saling berperang. Di Eropa Timur,
Kekaisaran Romawi Timur alias
Bizantium masih berdiri, dan pada awal Abad Pertengahan mengadakan perang terakhir melawan bangsa Persia.
Pada
abad ke-7,
Afrika Utara dan
Timur Tengah (yang pernah menjadi wilayah Kekaisaran Romawi Timur) menjadi bagian dari
kekhalifahan setelah penaklukkan yang dilakukan oleh penerus
Muhammad.
Meskipun ada perubahan substansial dalam struktur masyarakat dan
politik, namun tidak seekstrem yang pernah dikemukakan para sejarawan,
karena banyak kerajaan baru menyatukan diri dengan tradisi Romawi yang
masih bertahan.
Agama Kristen menyebar di Eropa Barat dan banyak biara didirikan. Pada abad ke-7 dan ke-8, bangsa
Franka, di bawah pemerintahan
Dinasti Karolingia, mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi sebagian besar kawasan
Eropa Barat. Sementara itu, di
Semenanjung Balkan,
Kekaisaran Bulgaria berdiri sebagai saingan
Bizantium di daerah
Balkan, sehingga mengakibatkan
sejumlah perang
terjadi di antara mereka. Meskipun demikian, kadangkala dua kekuatan
tersebut menjalin perdamaian aliansi. Bizantium memberi pengaruh
kultural yang kuat kepada Bulgaria, sehingga
agama Kristen diterima di Bulgaria pada tahun 864.
Di
Eropa Utara, tepatnya kawasan
Skandinavia,
bangsa Nordik memulai penjelajahannya mulai dari abad ke-9, demi
perdagangan dan penjarahan. Periode ekspansi mereka ke berbagai laut dan
sungai di Eropa disebut
Zaman Viking. Bangsa
Viking memulai ekspansi mereka dari Skandinavia, lalu menjelajah negara-negara di
Eropa Utara. Mereka juga bergerak ke barat lalu menduduki
Islandia dan
Greenland. Sejauh yang diketahui, mereka adalah bangsa Eropa pertama yang menduduki benua
Amerika, tepatnya di
Newfoundland,
Kanada.
[165] Penjelajahan bangsa Viking juga mencapai
Kepulauan Faroe dan
Anatolia.
[166] Zaman Viking berakhir sekitar pertengahan abad ke-11, masa saat terjadinya
penaklukan Normandia di Inggris.
Pada
abad ke-9,
Kekaisaran Karolingia di Eropa Barat mengalami kemunduran di bawah tekanan para penyerbu—
bangsa Viking,
Magyar, dan
Saracen. Menjelang dan setelah Kekaisaran Karolingia runtuh, dua imperium besar berdiri di Eropa; di sebelah barat berdiri
Kerajaan Perancis (843) yang merupakan penerus kekuasaan bangsa Franka, sementara di sebelah timur berdiri
Kekaisaran Romawi Suci (962),
[167] mencakup sejumlah negara yang kini dikenal dengan nama
Jerman,
Austria,
Swiss,
Cheska,
Belgia,
Italia, dan sebagian wilayah
Prancis.
Selama akhir abad ke-9 dan ke-10,
Tsar Simeon I meraih kemenangan atas
Bizantium, dan memperluas
Kekaisaran Bulgaria sampai puncaknya. Setelah membantai pasukan Bizantium dalam
pertempuran Anchialus tahun 917, pasukan Bulgaria mengepung
Konstantinopel pada tahun 923 dan 924. Akhirnya kekuatan Bizantium pulih dan pada tahun 1014, di bawah pimpinan
Basil II, mereka membalas kekalahan atas Bulgaria dalam
pertempuran Kleidion. Tahun 1018, benteng Bulgaria terakhir menyerah kepada
Kekaisaran Bizantium, sehingga Kekaisaran Bulgaria Pertama dibubarkan. Kekaisaran itu dilanjutkan kembali saat pendirian
Kekaisaran Bulgaria Kedua tahun 1185.
Selama
Abad Pertengahan Luhur, yang dimulai pada
abad ke-11,
populasi di Eropa meningkat pesat diiringi dengan teknologi baru dan
inovasi pertanian yang membuat perdagangan berkembang maju dan
lahan-lahan pertanian bertambah.
Manorialisme—serikat petani di desa yang menyewa tanah dan bekerja untuk para bangsawan—dan
feodalisme—struktur
politik yang membuat para kesatria dan golongan bangsawan tingkat
rendah memberikan pelayanan kepada majikannya sebagai balas jasa atas
hak menyewa tanah—adalah dua cara untuk mengorganisasi masyarakat Abad
Pertengahan yang berkembang selama Abad Pertengahan Luhur.
Kerajaan-kerajaan menjadi lebih menekankan sentralisasi setelah dampak
desentralisasi dari pecahnya
Kekaisaran Karolingia.
Perang Salib, yang pertama kali diserukan tahun 1095, merupakan usaha orang Kristen barat untuk merebut kembali
Tanah Suci dari tangan
muslim, dan setelah usaha panjang, orang Kristen mampu mendirikan negara-negara kecil di
Timur Dekat. Kehidupan intelektual ditandai dengan
skolastisisme dan pendirian beberapa universitas, sementara pembangunan
katedral Gotik merupakan salah satu pencapaian artistik luar biasa pada masa itu.
Abad Pertengahan Akhir ditandai dengan banyaknya kesulitan dan bencana. Kelaparan, wabah, dan perang membinasakan sebagian populasi Eropa Barat.
Maut Hitam
sendiri membunuh sekitar sepertiga dari populasi Eropa antara 1347 dan
1350. Maut Hitam merupakan salah satu pandemik paling mematikan dalam
sejarah umat manusia. Bermula di
Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan
Eropa Barat selama akhir 1340-an,
[168] dan membunuh 10 juta orang Eropa dalam enam tahun; antara sepertiga hingga setengah populasi Eropa.
[169]
Pada Abad Pertengahan
[170] terjadi
urbanisasi
berkesinambungan pertama di Eropa Utara dan Barat. Banyak negara-negara
Eropa masa kini yang memiliki asal usul dari peristiwa-peristiwa
sepanjang Abad Pertengahan; perbatasan politis Eropa masa kini, dalam
banyak hal, merupakan akibat dari prestasi militer dan kewangsaan selama
zaman kegemuruhan tersebut.
[171] Abad Pertengahan berlangsung hingga dimulainya
Abad Modern Awal[17] pada abad ke-16, ditandai oleh berdirinya banyak
negara kota, perpecahan
Kekristenan Barat dalam suatu
reformasi,
[172] kebangkitan
humanisme dalam
Renaisans Italia,
[173] dan dimulainya penjelajahan samudra oleh orang Eropa yang mengakibatkan
Pertukaran Columbian.
[174]
Kesultanan dan dinasti di Asia Selatan
Pergerakan pasukan muslim ke India diawali dari
Persia. Tahun 712, jenderal
Muhammad bin Qasim menaklukkan sebagian besar kawasan
lembah Indus, yakni wilayah negara
Pakistan masa kini. Kemudian kawasan tersebut menjadi bagian dari
Kekhalifahan Umayyah. Zaman Klasik Akhir di India bermula setelah berakhirnya kejayaan
Kemaharajaan Gupta dan runtuhnya
Kerajaan Harsha pada
abad ke-7, dan berakhir seiring dengan jatuhnya
Kerajaan Wijayanagara di India Selatan pada
abad ke-13, karena tekanan pasukan muslim di sebelah utara.
Dari
abad ke-7 hingga
ke-9, tiga dinasti berkuasa di kawasan India Utara:
Gurjara-Pratihara dari
Malwa,
Dinasti Gangga Timur dari
Odisha,
Pala dari
Benggala, dan
Rashtrakuta dari
Dekkan. Kemudian
Dinasti Sena
mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pala, sementara Gurjara-Pratihara
terpecah belah menjadi beberapa kerajaan. Hal ini mengawali sejarah
berdirinya kerajaan-kerajaan kaum
Rajput,
yaitu serangkaian kerajaan yang senantiasa bertahan dalam sejarah
India, selama hampir satu milenium, sampai akhirnya India memperoleh
kemerdekaan dari
Inggris. Kerajaan kaum Rajput pertama yang tercatat dalam sejarah berdiri di
Rajasthan pada
abad ke-6, dan beberapa dinasti Rajput memerintah sebagian India Utara. Sementara itu,
Dinasti Shahi menguasai bagian timur
Afganistan,
Pakistan Utara, dan
Kashmir dari pertengahan abad ke-7 sampai awal
abad ke-11.
Dinasti Chalukya menguasai bagian selatan dan tengah India—dengan pusat di
Badami,
Karnataka—antara tahun 550 hingga 750, dan kemudian oleh
Chalukya Barat antara tahun 970 dan 1190.
Dinasti Pallawa dari
Kanchipuram adalah tetangganya di ujung selatan. Seiring dengan keruntuhan Kerajaan Chalukya, negara
vasalnya memerdekakan diri dan sejumlah
monarki terbentuk di bekas wilayahnya, seperti
Dinasti Hoysala dari
Halebidu,
Dinasti Kakatiya dari
Warangal,
Seuna Yadawa dari
Devagiri, dan wilayah
Kalachuri di selatan.
Pada
abad ke-10 dan
ke-11, pengaruh
Dinasti Chola di
India Selatan sudah berkembang hingga ke wilayah
Andra Pradesh masa kini dan kerajaannya telah menjadi tempat ziarah bagi biarawan dari
Asia Timur.
[175] Dinasti tersebut menjalin hubungan dagang dengan
Dinasti Tang di Tiongkok dan
kerajaan Sriwijaya di
Semenanjung Malaya.
[176] Pada puncak kejayaannya, Kerajaan Chola menguasai kawasan India Selatan dan sebagian Asia Tenggara.
Raja Raja Chola I menaklukkan India Selatan dan sebagian
Sri Lanka. Pasukannya bergerak ke timur dan menduduki pantai
Myanmar hingga ke
Vietnam,
kepulauan Andaman dan Nikobar,
Lakshadweep,
Sumatra, dan
Semenanjung Malaya, serta
kepulauan Pegu. Kemudian selama periode pertengahan di India,
Kerajaan Pandya berdiri di
Tamil Nadu, demikian pula
Kerajaan Chera di wilayah
Kerala dan
Tamil Nadu. Tahun 1343, dinasti-dinasti tersebut mulai runtuh, mengawali perkembangan
Kerajaan Wijayanagara.
Setelah beberapa
penaklukan muslim yang sukses di
Asia Tengah (antara
abad ke-10 dan
ke-15), kesultanan-kesultanan muslim mulai merambah ke anak benua India, seperti pendirian
Kesultanan Delhi dan
Kesultanan Mughal.
Penguasa Mughal datang dari Asia Tengah untuk menguasai sebagian besar
wilayah utara Asia Selatan. Para sultan Mughal memperkenakan kesenian
dan arsitektur dari Asia Tengah ke India. Sementara Kesultanan Mughal
dan beberapa kerajaan kaum Rajput berkembang, sejumlah kerajaan Hindu
merdeka, seperti Wijayanagara,
Maratha,
Gangga Timur, dan
Ahom
berkembang di tempat yang berbeda-beda di segala penjuru India.
Kesultanan Mughal mengalami keruntuhan secara perlahan pada awal abad
ke-18, sehingga memberikan kesempatan bagi
bangsa Afghan, Balokhi, Sikh, dan Maratha untuk menguasai daerah di barat daya India sampai akhrnya
Perusahaan Hindia Timur Britania dari
Inggris memperoleh kuasa atas
Asia Selatan.
Imperium di Asia Tenggara
Pada permulaan Era Pascaklasik, di
Asia Tenggara terjadi kejatuhan
Kerajaan Funan yang terbentang dari pesisir
Laut Tiongkok Selatan hingga
Samudra Hindia. Kerajaan tersebut digantikan oleh
Kerajaan Chenla. Sekitar
abad ke-7, kerajaan
maritim Sriwijaya berdiri di
Sumatera Selatan, wilayah
Indonesia masa kini. Wilayah kekuasaannya mencakup pulau
Sumatra,
Jawa Barat, dan
Semenanjung Malaya sampai
tanah genting Kra (selatan
Thailand). Kerajaan ini memiliki hegemoni atas laut di sekitar semenanjung Malaya, seperti
Selat Malaka,
Selat Sunda, dan
Laut Tiongkok Selatan. Kerajaan ini juga berpengaruh atas jalur laut perdagangan antara
India dan
Tiongkok, sekaligus berdagang dengan mereka.
Pada
abad ke-9,
Kerajaan Pagan atau Dinasti Pagan terbentuk di
Myanmar,
sebagai manifestasi dari penyatuan wilayah-wilayah kedaulatan di
kawasan tersebut. Selama keberlangsungannya, kerajaan ini mendukung
pertumbuhan Agama Buddha
Theravada di kawasan Asia Tenggara. Di sebelah timur,
Kekaisaran Khmer berdiri, menggantikan Kerajaan Chenla.
Angkor, ibukota Khmer, merupakan kota terbesar di dunia sebelum zaman industri dan memiliki ribuan kuil, yang paling terkemuka adalah
Angkor Wat.
Pada
abad ke-11, Sriwijaya jatuh ke tangan
Dinasti Chola. Pada masa itu juga,
Islam menyebar dari
Gujarat ke
semenanjung Malaya dan
kepulauan Indonesia. Pada abad ke-12 dan ke-13, Pagan dan
Kekaisaran Khmer menjadi dua kekaisaran utama di Asia Tenggara daratan.
[30] Pada abad ke-13, bangsa
Mongol melancarkan serbuan ke sejumlah kawasan di Asia Tenggara, di antaranya:
Burma,
Jawa,
Vietnam. Di Vietnam dan Jawa, penyerbuan mereka gagal. Tak lama Setelah pengusiran pasukan Mongol dari Jawa,
Kerajaan Majapahit
berdiri dan mencapai kejayaannya pada abad ke-14, dengan wilayah
kekuasaan yang sebagian besar mencakup sebagian besar kepulauan
Indonesia dan semenanjung Malaya.
Di
Thailand,
Sukhothai (abad ke-13) dan
Ayutthaya (abad ke-14) merupakan kekuatan utama
bangsa Thai
yang dipengaruhi oleh bangsa Khmer. Setelah Ayutthaya mendominasi
Sukhotai, pada abad ke-15, Khmer diserbu oleh Ayutthaya. Sementara itu,
di kepulauan Indonesia dan
Malaya,
kerajaan-kerajaan Islam sedang berdiri, seiring keruntuhan Majapahit
yang terpecah menjadi sejumlah kerajaan atau kesultanan, di antaranya
Kesultanan Malaka,
Kesultanan Demak, dan
Kesultanan Cirebon. Seiring dengan perkembangan Islam, pada akhir Abad Pertengahan, bangsa
Eropa mulai berdatangan dan berdagang di kawasan Asia Tenggara, diawali dengan
bangsa Portugis, disusul dengan
Spanyol dan
Belanda.
Monarki di Afrika
Makam
Askia Mohammad I alias Askia yang Agung di
Mali.
Askia yang Agung merupakan pemimpin Kekaisaran Songhai pada masa
kejayaannya dan membangun negaranya sebagai negara terbesar dalam
sejarah Afrika Barat.
Afrika Sub-Sahara pada Era Pascaklasik merupakan rumah bagi berbagai peradaban.
Kerajaan Aksum melemah pada abad ke-7 M saat Islam memisahkannya dari sekutu Kristen mereka dan rakyatnya pindah jauh ke
dataran tinggi Ethiopia demi mencari perlindungan. Akhirnya mereka mendirikan
Dinasti Zagwe yang terkenal akan bangunan dari pahatan batu di
Lalibela. Kemudian dinasti tersebut dijatuhkan oleh
Dinasti Salomo yang mengaku sebagai keturunan para raja Aksum dan memerintah dengan baik sampai abad ke-20. Di kawasan
Sahel di
Afrika Barat, banyak kekaisaran Islam berdiri, seperti
kekaisaran Ghana,
kekaisaran Mali,
kekaisaran Songhai, dan
kekaisaran Kanem. Mereka menguasai
emas,
gading,
garam, dan
budak di jalur perdagangan trans-Sahara.
Di selatan peradaban Sahel terdapat hutan pesisir yang tidak bisa dihuni oleh
kuda dan
unta. Di sana berdirilah beberapa peradaban:
bangsa Yoruba dengan kota
Ife (terkenal akan seninya yang naturalistik) dan
Kekaisaran Oyo;
bangsa Edo dengan
Kekaisaran Benin yang beribukota di
kota Benin;
bangsa Igbo dengan
Kerajaan Nri yang menghasilkan seni perunggu berkualitas di
Igbo Ukwu; dan
bangsa Akan yang terkenal akan arsitekturnya yang rumit.
Di daerah yang kini disebut
Zimbabwe pernah berdiri sejumlah kerajaan yang bermula dari
Kerajaan Mapungubwe di daerah
Afrika Selatan masa kini. Mereka berkembang melalui perdagangan dengan
bangsa Swahili di pesisir
Afrika Timur. Mereka mendirikan struktur bebatuan besar tanpa semen, contohnya di
Zimbabwe Raya (ibukota
Kerajaan Zimbabwe),
Khami (ibukota
kerajaan Butua), dan
Danamombe (Dhlo-Dhlo; ibukota
Kekaisaran Rozwi).
Bangsa Swahili sendiri merupakan penghuni pesisir Afrika Timur dari
Kenya sampai
Mozambik yang berdagang secara ekstensif dengan orang Asia dan Arab, yang memperkenalkan agama
Islam kepada mereka. Mereka mendirikan banyak bandar seperti
Mombasa,
Zanzibar, dan
Kilwa, yang dikenal oleh para pelaut Tiongkok karena usaha
Zheng He dan para geografer muslim.
Amerika pra-Kolumbus
Pada Era Pascaklasik, di
Amerika Utara,
Tengah, dan
Selatan
terjadi perkembangan kebudayaan dan peradaban yang unik dan tumbuh
secara mandiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa benua tersebut ditemukan
oleh bangsa Eropa sebelum perjalanan
Kolumbus.
Kolonisasi Nordik di Amerika terjadi sekitar
abad ke-10, ketika pelaut Nordik (biasanya merujuk pada
Viking) mengeksplorasi dan menduduki kawasan
Atlantik Utara, termasuk kawasan timur laut
Amerika Utara.
[177] Sementara koloni Nordik di
Greenland
berlangsung selama hampir 500 tahun, permukiman mereka di Amerika Utara
tidak cukup luas dan tidak berkembang menjadi koloni permanen.
Perjalanan dan penjelajahan untuk mencari sumber daya alam—misalnya
kayu—mungkin saja terjadi pada masa itu, namun tidak ada bukti tentang
pendudukan Nordik di daratan utama Amerika Utara.
[178]
Kebudayaan di Amerika Utara
Ilustrasi situs di Kincaid, salah satu tempat perkembangan peradaban Mississippi, pada masa kejayaannya.
Tradisi Hopewell
adalah istilah untuk aspek-aspek yang lazim didapati pada kebudayaan
penduduk asli Amerika yang tersebar di sekitar daerah pinggiran sungai
di timur laut dan barat-madya wilayah
Amerika Serikat kini, sejak 200 SM sampai 500 M.
[179][180] Hohokam adalah salah satu dari empat tradisi arkeologis prehistoris utama di kawasan yang kini disebut
Amerika Barat Daya.
[181]
Dengan hidup sebagai petani, masyarakat kuno tersebut menanam jagung
dan kacang. Masyarakat Hohokam Awal mendirikan sejumlah desa di sekitar
sungai Gila.
Masyarakat tersebut bermukim di tanah yang baik untuk ditanami, dengan
pertanian kering yang lazim dilakukan pada awal periode tersebut.
[181]
Dari periode sekitar 1200 hingga 1650, muncul berbagai kebudayaan kompleks yang berbasis pada pengadopsian budi daya
jagung, kepadatan populasi yang terus berkembang, dan organisasi sosial setingkat
suku.
[182] Pengenalan tanaman jagung dari
Mesoamerika
memberikan akumulasi surplus pangan untuk mendukung populasi dengan
kepadatan tinggi dan mengawali pengembangan skil-skil khusus.
[183] Liga bangsa-bangsa Iroquois atau "Rakyat Rumah Panjang", berbasis di sebelah barat
New York masa kini, menganut model
konfederasi sejak pertengahan
abad ke-15. Sistem afiliasi mereka seperti federasi, berbeda dengan
monarki bangsa
Eropa yang lebih kuat dan berpemerintahan terpusat.
[184] Peperangan antarsuku terjadi di tempat-tempat tertentu, yang mengakibatkan kepergian dan migrasi sejumlah suku.
[185]
Negara kota di Mesoamerika
Di kawasan
Mesoamerika berkembang sejumlah peradaban, beberapa di antaranya runtuh sebelum Abad Pertengahan, contohnya
Peradaban Olmek di pesisir
Teluk Meksiko, tepatnya di situs
La Venta dan
San Lorenzo Tenochtitlán, yang runtuh sekitar 400 M.
[186] Sementara itu,
negara kota Teotihuacan berdiri di
Lembah Meksiko sekitar 100 SM dan membangun kebudayaannya, namun bangsa pendirinya masih diperdebatkan karena tidak ada bukti tertulis.
[187]
Tak jauh dari pusat perkembangan peradaban Olmek,
peradaban Maya masih berkembang di kawasan yang kini disebut
Chiapas. Peradabannya berkembang hingga
Guatemala dan
semenanjung Yukatan.
[188][189] Sebagaimana peradaban
Yunani Kuno, peradaban Maya juga melahirkan berbagai
negara kota yang tumbuh secara mandiri. Pertanian merupakan sektor penting di negara kota seperti
Tikal dan
Copán. Monumen-monumen penting berbentuk
piramida dibangun di pusat keagamaan serta di istana pemimpin mereka. Istana di
Cancuén
adalah yang terbesar di seluruh wilayah Maya. Artefak penting lainnya
yang sering ditemukan para arkeolog adalah lempengan batu berukir yang
disebut
stele; bangsa Maya menyebutnya
tetun, atau "tiga batu". Lempengan batu tersebut ditulis dengan
logogram, memaparkan nama para pemimpin Maya beserta genealogi, kejayaan militer, serta prestasi lainnya.
[190] Pada era klasiknya (200-1000 M), kota-kota bangsa Maya seperti
Tikal,
Calakmul,
Copán,
Palenque,
Uxmal,
Cobá, dan
Caracol mencapai kejayaannya, sedangkan Teotihuacan runtuh sekitar abad ke-8 M.
Pada abad ke-13, di sebelah barat kota-kota Maya, terjadi
aliansi tiga kota bangsa Aztek:
Tenochtitlan,
Texcoco, dan
Tlacopan. Imperium Aztek berdiri sejak
abad ke-14 hingga
abad ke-16. Ibukotanya adalah
Tenochtitlan.
Kota tersebut dibangun di atas pulau di tengah danau. Tenochtitlan
merupakan salah satu kota terbesar di dunia pada saat itu. Bangsa Aztek
menganut konsep
politeisme.
Quetzalcoatl (ular berbulu),
Huitzilopochtli (
kolibri dari selatan) dan
Tezcatlipoca (cermin berasap) adalah dewa utama dalam
panteon mereka. Kadangkala bangsa Aztek
membunuh manusia untuk menyenangkan hati para dewa mereka. Antara tahun 1519 dan 1521,
konkuistador Spanyol,
Hernán Cortés menaklukkan bangsa Aztek dan merebut wilayah kekuasaan mereka.
[191]
Kekaisaran Inka
Pada periode sekitar abad ke-13, kebudayaan
Inka berjaya di
Amerika Selatan.
Bangsa Inka merupakan bangsa yang sejahtera dan maju, terkenal akan
sistem jalannya yang baik dan pertukangan batu yang tak tertandingi.
Kekaisaran Inca bertahan selama kurang lebih satu abad sebelum
kedatangan
bangsa Spanyol pada tahun 1532.
Manco Capac mendirikan negara kota bangsa Inca pertama sekitar tahun 1200-an.
[192] Kota tersebut meliputi seluruh area sekitar Cusco. Tahun 1400-an,
Pachacuti mempersatukan suku-suku lain di kawasan
Andes. Sejak saat itu perkembangan
kekaisaran Inca terjadi. Akhirnya kekaisaran Inca menjadi kekaisaran terbesar di
benua Amerika sebelum kedatangan
Kolumbus.
[193] Kekaisaran Inka, atau
Tawantinsuyu (artinya "empat wilayah" dalam
bahasa Quechua), yang beribukota di
Cusco, membentangi seluruh daerah
pegunungan Andes, membuatnya sebagai peradaban Pra-Kolumbus yang paling ekstensif.
[194]
Imperium di Oseania
Di
Oseania,
Kekaisaran Tu'i Tonga berdiri pada
abad ke-10 dan wilayah kekuasaannya meluas antara tahun 1200 dan 1500. Kebudayaan, bahasa, dan pengaruh suku Tonga menyebar luas di
Polinesia selama periode tersebut,
[195][196] di sepanjang
'Uvea Timur,
Rotuma,
Futuna,
Samoa dan
Niue, sebagian
Mikronesia (
Kiribati,
Pohnpei),
Vanuatu, dan
Kaledonia Baru dan
Kepulauan Loyalty.
[197]
Catatan sejarah dari penduduk asli Oseania tidak cukup banyak, namun
sejumlah sejarah dapat direkonstruksi melalui tradisi oral, arkeologi,
dan linguistik.
Sejarah modern
Sejarah modern ("periode modern", "era modern", "zaman modern") adalah sejarah masa-masa setelah Abad Pertengahan. "
Sejarah kontemporer" adalah sejarah yang meliputi peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak sekitar tahun 1900 hingga sekarang.
Abad Modern Awal
"
Abad Modern Awal"
[i] adalah istilah yang digunakan oleh para sejarawan untuk merujuk pada suatu periode di
Eropa Barat dan
koloni-koloni pertamanya yang berlangsung selama berabad-abad antara
Abad Pertengahan dan
Revolusi Industri—sekitar 1500 sampai 1800. Abad Modern Awal ditandai dengan pemusatan perhatian pada
sains dan semakin majunya
perkembangan teknologi,
sekularisasi politik, dan berdirinya
negara kota.
Ekonomi kapitalis mulai berkembang, mula-mula di republik-republik
Italia Utara seperti
Genoa. Pada Abad Modern Awal juga dimulai perkembangan dan dominansi teori ekonomi
merkantilisme. Abad Modern Awal menggambarkan kemunduran dan akhirnya kelenyapan
feodalisme, perbudakan, dan kekuasaan
Gereja Katolik Roma di sebagian besar kawasan Eropa. Dalam periode tersebut juga terjadi masa akhir
Reformasi Protestan,
Perang Tiga Puluh Tahun,
Abad Penemuan,
Kolonisasi Eropa di Amerika, dan puncak
perburuan penyihir di Eropa.
Renaisans
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Renaisans
Renaisans
Eropa, berawal pada abad ke-14,
[198]
ditandai dengan penggalian kembali ilmu-ilmu dari zaman kuno, serta
kebangkitan ekonomi dan kehidupan sosial di Eropa. Zaman Renaisans juga
menimbulkan budaya ingin tahu, yang berujung pada
humanisme dan
Revolusi Ilmiah.
[199]
Meskipun ada pergolakan dan revolusi sosial dan politik yang diupayakan
melalui berbagai cara intelektual, Zaman Renaisans lebih dikenal akan
perkembangan kesenian dan kontribusi para
polimatik macam
Leonardo da Vinci dan
Michelangelo, yang menyebabkan adanya istilah "
Bapak Renaisans".
[200][201]
Ekspansi Eropa
Selama periode ini, kekuatan Eropa mendominasi hampir seluruh bagian
dunia. Dalam suatu teori dinyatakan bahwa geografi Eropa berperan
penting dalam keberhasilan tersebut. Dari luar,
Timur Tengah,
India, dan
Tiongkok dikelilingi oleh
pegunungan atau
laut. Sekali rintangan alami ini dilalui, wilayah mereka hampir tampak datar. Sebaliknya, Pegunungan
Pirenia,
Alpen,
Apennini,
Karpatia,
dan pegunungan lainnya terbentang di sepanjang Eropa, dan kawasan benua
tersebut juga terbagi-bagi oleh sejumlah lautan. Hal ini memberi
perlindungan lebih bagi Eropa terhadap risiko penyerbuan dari
Asia Tengah.
[202] Sebelum zaman penggunaan
senjata api, bangsa nomad Asia Tengah lebih unggul daripada negara-negara agraris di sekeliling benua
Eurasia
dan bila mereka berhasil menerobos ke dataran India Utara atau melalui
lembah-lembah di Tiongkok, serbuan mereka tidak akan terhentikan.
Serbuan mereka kerap mendatangkan kehancuran.
Zaman kejayaan Islam berakhir setelah
bangsa Mongol menghancurkan Baghdad tahun 1258.
[203] India dan Tiongkok merupakan subjek serbuan secara berkala, dan
Rusia melewati masa hampir dua abad di bawah penindasan
bangsa Mongol-Tatar.
Eropa Tengah dan
Barat, secara logistik lebih jauh dari jantung Asia Tengah, sehingga menjamin risiko penyerbuan yang lebih kecil.
[204]
Geografi berpengaruh terhadap perbedaan
geopolitik. Dalam sebagian besar sejarahnya,
Tiongkok,
India, dan
Timur Tengah
disatukan di bawah kekuatan dominan yang memperluas teritorinya hingga
mencapai batas pegunungan dan gurun di sekelilingnya. Tahun 1600-an,
Kesultanan Utsmaniyah[205] menguasai hampir seluruh kawasan Timur Tengah, sementara
Dinasti Ming memerintah Tiongkok,
[206][207] dan
Kemaharajaan Mughal
berkuasa atas India. Sebaliknya, Eropa kerap terpecah-belah menjadi
sejumlah negara yang saling berperang. Imperium-imperium pemersatu
Eropa, kecuali
Kekaisaran Romawi, cenderung runtuh tak lama setelah berdiri. Faktor geografis penting lainnya yang berperan dalam kebangkitan Eropa adalah
Laut Tengah,
yang selama ribuan tahun telah berfungsi sebagai jalur maritim yang
membantu pertukaran komoditas, bangsa, pemikiran, dan invensi.
Hampir seluruh peradaban agraris didesak oleh
lingkungan sekitarnya. Produktivitas tetap rendah, dan perubahan iklim dengan mudah mempengaruhi siklus kejayaan dan kemunduran (
boom-and-bust cycle; masa ekonomi sedang) yang menghantarkan peradaban menuju kebangkitan dan kehancurannya. Pada
abad ke-16, terjadi perubahan kualitatif dalam sejarah dunia. Kemajuan
teknologi serta
kemakmuran yang dihasilkan melalui
perdagangan perlahan-lahan memberikan peluang yang lebih besar.
[202][208]
Hak kepemilikan dan ekonomi
pasar bebas di Eropa lebih kuat daripada tempat lain di mana pun karena idealisme
kebebasannya, sehingga sikap dan tradisi tersebut mendukung ekspansi Eropa.
[204][209]. Pada masa kini, sarjana seperti
Kenneth Pomeranz
berkeberatan dengan pandangan tersebut, meskipun pendekatan sang
revisionis terhadap sejarah dunia menuai kritik karena meremehkan
prestasi peradaban Eropa.
[210]
Ekspansi maritim Eropa mengejutkan—mengingat kondisi geografis benua
tersebut—dan sebagian besar merupakan usaha negara-negara yang berada di
pesisir
Samudra Atlantik:
Portugal,
Spanyol,
Inggris,
Prancis, dan
Belanda. Awalnya
Imperium Portugis dan
Spanyol merupakan penakluk ulung dan sumber pengaruh, dan perserikatan mereka menghasilkan
Uni Iberia,
[211] imperium global pertama yang memiliki wilayah "yang tak pernah melihat matahari tenggelam". Kemudian
Inggris,
Prancis, dan
Belanda—negara-negara di sebelah utara—mulai mendominasi Atlantik. Dalam peperangan yang terjadi pada
abad ke-17 dan
ke-18—berpuncak pada
peperangan era Napoleon—Britania muncul sebagai kekuatan dunia baru.
Pada era ini kebudayaan Eropa memasuki
Abad Pencerahan[j] yang menuju pada Revolusi Ilmiah.
[212]
Perkembangan regional
Kolonisasi dunia pada tahun 1492 (Abad Modern Awal), 1550, 1660 (Abad
Pencerahan), 1754 (Abad Revolusi), 1822 (Revolusi Industri), 1885
(Hegemoni Eropa), 1914 (Perang Dunia I), 1938 (Perang Dunia II), 1959
(Perang Dingin) and 1974 (sejarah mutakhir).
Pada awal Abad Modern, terjadi keruntuhan sejumlah peradaban dan perkembangan di berbagai kawasan di Afrika.
Pesisir Swahili mengalami kemunduran setelah diambil alih oleh
bangsa Portugis. Di Afrika Barat,
Kekaisaran Songhai jatuh ke tangan
bangsa Maroko pada tahun 1591 setelah mereka diserbu dengan senjata api.
Kerajaan Zimbabwe di Afrika Selatan runtuh dan menjadi beberapa kerajaan, di antaranya
Kerajaan Mutapa,
Butua, dan
Rozwi.
Ethiopia mengalami invasi pada tahun 1531 oleh
Kesultanan Adal, dan pada tahun 1769 memasuki
Zemene Mesafint (Zaman Pangeran) saat kaisar menjadi simbol pemerintahan sementara negeri tersebut dipimpin oleh para
panglima perang, dan akhirnya suksesi pemerintahan para raja dipulihkan di bawah kepemimpinan Kaisar
Tewodros II.
Kekaisaran Ajuuraan yang berada di
Tanduk Afrika mulai runtuh pada abad ke-17, digantikan oleh
Kesultanan Geledi. Peradaban lainnya di Afrika mengalami kemajuan selama periode tersebut.
Kekaisaran Oyo mengalami zaman keemasannya, begitu pula
Kekaisaran Benin.
Kekaisaran Ashanti berjaya di kawasan yang kini disebut
Ghana pada tahun 1670.
Kerajaan Kongo juga mengalami kemakmuran pada periode tersebut.
Eksplorasi Eropa di Afrika mencapai puncaknya pada saat itu.
Tahun 1511, bangsa Portugis menaklukkan
Kesultanan Malaka di kawasan yang kini merupakan wilayah
Malaysia dan
Sumatra,
Indonesia.
Bangsa Portugis menguasai wilayah perdagangan penting tersebut sampai
akhirnya digantikan oleh bangsa Belanda pada tahun 1641.
Kesultanan Johor—yang berpusat pada ujung selatan
semenanjung Malaya—menjadi kekuatan perdagangan yang mendominasi kawasan tersebut.
Kolonisasi Eropa akhirnya menjamah hampir seluruh bagian
Asia Tenggara: bangsa Inggris di
Burma dan
Malaysia, bangsa Perancis di
Indochina, bangsa Belanda di
Hindia Belanda, bangsa Spanyol di
Filipina. Hanya
Thailand yang berhasil bebas dari kolonisasi tersebut.
Oseania di
samudra Pasifik terkena imbas dari kontak dengan bangsa Eropa, bermula sejak pelayaran sirkumnavigasional oleh
Ferdinand Magellan, yang berlabuh di
kepulauan Mariana dan pulau-pulau lainnya pada tahun 1521. Perjalanan penting lainnya dilakukan oleh
Abel Tasman (1642–44)—yang berhasil mencapai benua
Australia,
Selandia Baru, dan pulau-pulau di sekitarnya—dan Kapten
James Cook (1768–1779), orang Eropa pertama dalam sejarah yang melakukan kontak dengan
Hawaii.
Britania Raya mendirikan koloni pertamanya di Australia pada tahun 1788.
Di
Timur Jauh, pemerintahan
Dinasti Ming di
Tiongkok digantikan oleh
Dinasti Qing (1644), dinasti imperial terakhir di Tiongkok, yang memerintah sampai tahun 1912. Sementara itu
Jepang mengalami
zaman Azuchi-Momoyama (1568–1603), diikuti dengan
zaman Edo (1603–1868).
Dinasti Joseon di
Korea (1392–1910) memimpin pada periode tersebut, dan berhasil mematahkan invasi Jepang dan Tiongkok pada
abad ke-16 dan
ke-17. Jepang dan Tiongkok menjalin hubungan dagang secara signifikan dengan bangsa-bangsa Eropa, khususnya perdagangan
bangsa Portugis dengan Jepang (
perdagangan Nanban). Selama zaman Edo, Jepang mengeluarkan politik isolasi dan menghalau segala pengaruh dari
Dunia Barat.
Di
Asia Selatan,
Kesultanan Delhi dan
Kesultanan-kesultanan Dekkan tergantikan oleh
Kesultanan Mughal pada
abad ke-16.
Bermula dari kawasan barat daya India, Kesultanan Mughal memimpin
hampir seluruh bagian anak benua India pada akhir abad ke-17,
[213] kecuali kawasan di ujung selatan India. Setelah menentang pemerintahan Kesultanan Mughal yang bercorak Islam,
Kemaharajaan Maratha
yang bercorak Hindu didirikan di pesisir barat pada tahun 1674, yang
secara perlahan-lahan memperluas wilayahnya—sebagian besar merupakan
wilayah negara India pada masa kini—dari tangan sultan Mughal selama
bertahun-tahun, terutama melalui
perang Dekkan (1681–1701).
Di
Rusia,
Ivan IV diangkat sebagai
Tsar
pertama Rusia (1547), dan dengan menganeksasi khanat bangsa Turk di
timur, ia mentransformasi Rusia menjadi kekuatan regional. Negara-negara
di Eropa Barat—yang sedang mengembangkan teknologi canggih dan
penaklukan kolonial—bersaing satu sama lain secara ekonomi dan militer
dalam situasi perang yang hampir konstan. Kadangkala peperangan tersebut
bersangkut paut dengan agama, entah
Katolik versus
Protestan, atau (di Eropa Timur) Kristen versus
muslim. Peperangan yang terjadi meliputi
Perang Tiga Puluh Tahun,
Perang Suksesi Spanyol,
Perang Tujuh Tahun, dan
Perang Revolusi Perancis.
Napoleon menjadi pemimpin Perancis pada tahun 1799, mengawali
peperangan Era Napoleon pada awal
abad ke-19.
Di
benua Amerika, terjadi perlombaan
antarnegara Eropa untuk mengkolonisasi benua yang baru ditemukan tersebut, yang secara signifikan telah mendesak
kaum pribumi, serta menghancurkan peradaban
Aztek dan
Inka yang telah berkembang.
Spanyol,
Portugal,
Britania Raya, dan
Perancis membuat klaim teritorial yang ekstensif dan mengambil lahan permukiman yang luas, serta mengimpor budak
Afrika dalam jumlah banyak. Portugal mengklaim Brazil. Spanyol mengklaim Amerika Selatan selain Brazil,
Mesoamerika,
dan Amerika Utara sebelah selatan. Britania Raya mengkolonisasi pesisir
timur Amerika Utara, dan Perancis mengkolonisasi kawasan tengah Amerika
Utara. Rusia mendatangi pantai barat daya Amerika Utara dan mendirikan
koloni pertama mereka di kawasan yang kini disebut
Alaska pada tahun 1784, dan
Fort Ross di
California pada tahun 1812.
Abad Modern
Besi dan Batu Bara (1855–1860). Lukisan karya
William Bell Scott tentang Revolusi Industri di Eropa.
Revolusi Ilmiah mengubah pemahaman manusia terhadap dunia dan menggiringnya pada
Revolusi Industri, sebuah tranformasi besar bagi perekonomian dunia.
[212][214] Revolusi Ilmiah pada abad ke-17 memberikan sedikit dampak langsung terhadap
teknologi
industri, tetapi setelah pertengahan abad ke-18 kemajuan ilmiah mulai
diterapkan secara signifikan pada invensi praktis. Revolusi Industri
diawali di
Britania Raya dan menggunakan mode produksi baru—
pabrik,
produksi massal, dan
mekanisasi—untuk
menghasilkan produk secara lebih cepat dan dalam jumlah besar, serta
mempekerjakan buruh lebih sedikit daripada masa sebelumnya. Abad
Pencerahan juga menuju kepada permulaan
demokrasi modern dalam
Revolusi Amerika dan
Perancis saat akhir abad ke-18.
Demokrasi dan
republikanisme kemudian bertumbuh dan memberikan dampak besar bagi
kualitas kehidupan dan peristiwa-peristiwa besar di duna.
Tahun 1762, saat
Perang Tujuh Tahun berkecamuk, secara rahasia Perancis menyerahkan sebagian besar wilayah yang diklaimnya di Amerika Utara kepada Spanyol dalam
Perjanjian Fontainebleau (1762). Tiga belas koloni Inggris mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai
Amerika Serikat pada tahun 1776, diratifikasi oleh
Perjanjian Paris (1783), dan berakhir pada
Perang Revolusi Amerika.
Napoleon Bonaparte merebut kembali klaim Perancis dari Spanyol dalam
peperangan Era Napoleon pada
abad ke-19, namun menjualnya kepada Amerika Serikat sebagai
Pembelian Louisiana pada tahun 1803.
Setelah orang Eropa (terutama
Inggris dan
Spanyol) memberikan pengaruh dan pendudukan atas benua
Amerika, aktivitas
imperialisme di Barat akhirnya berpaling ke
Timur dan
Asia.
[215][216] Pada abad ke-19, negara-negara Eropa mengalami kemajuan sosial dan teknologi daripada negeri-negeri di timur.
[217] Kemaharajaan Maratha di
India jatuh ke tangan bangsa Inggris pada tahun 1818, di bawah kuasa
Perusahaan Hindia Timur Britania, dan seluruh bekas imperium Maratha dan Mughal melebur menjadi
British Raj pada tahun 1858.
Britania Raya memperoleh kuasa atas
anak benua India,
Mesir, dan
semenanjung Malaya;
[218] Perancis mengambil alih
Indochina; sedangkan Belanda memperkuat kuasanya atas
Hindia Belanda. Banyak emigran
Inggris menduduki
Australia,
Selandia Baru, dan
Afrika Selatan,
[218] sedangkan
Rusia menduduki kawasan
Siberia yang belum mengenal pertanian.
[219]
Akhir abad ke-19, kekuatan negara-negara Eropa membagi-bagi daerah
Afrika yang terjajah. Di Eropa sendiri, tantangan ekonomi dan militer
menciptakan sistem
negara kebangsaan, dan pengelompokan etnolinguistik mulai dipakai untuk mengenali jati diri sebagai
bangsa yang berbeda dengan aspirasi
otonomi kultural dan politik.
Nasionalisme semacam itu akan menjadi hal penting bagi suku bangsa lain di berbagai belahan dunia saat
abad ke-20.
Selama Revolusi Industri, perekonomian dunia bergantung pada
batu bara sebagai bahan bakar, setelah penemuan metode
transportasi yang baru, seperti
kereta api dan
kapal uap, yang membuat dunia terasa makin sempit.
[214] Di sisi lain,
polusi industri dan
kerusakan lingkungan—yang sudah ada sejak penemuan api dan permulaan peradaban—meningkat drastis.
Kemajuan yang berkembang di Eropa selama pertengahan abad ke-18 ada dua: budaya
kewirausahawan,
[217] dan kemakmuran yang diperoleh melalui perdagangan jalur
Atlantik[217] (termasuk
perdagangan budak Afrika). Akhir abad ke-16,
perak yang diperoleh dari benua Amerika telah memperkaya Kekaisaran Spanyol.
[220] Keuntungan dari
perdagangan budak dan perkebunan di
Karibia hanya menyumbang sekitar 5% dari perekonomian Britania saat Revolusi Industri.
[221] Sejumlah sejarawan menyimpulkan bahwa pada 1750,
produktivitas buruh di kawasan-kawasan paling berkembang di Tiongkok masih sederajat dengan perekonomian Atlantik bangsa Eropa,
[222] tetapi sejarawan lainnya seperti
Angus Maddison manyatakan bahwa produktivitas perkapita
Eropa Barat sejak akhir
Abad Pertengahan telah melampaui daerah-daerah mana pun di dunia.
[223]
Sejarah kontemporer
Pasukan bayonet Perancis saat
Perang Dunia I, perang besar pertama dalam sejarah kontemporer.
1900–1945
Abad ke-20 dimulai saat
Eropa berada dalam puncak kemakmuran dan kekuasaannya, sedangkan sebagian besar kawasan lainnya berada di bawah kekuatan
kolonialisme mereka secara langsung atau dominasi secara tidak langsung.
[224] Banyak daerah di belahan dunia lainnya mendapat imbas dari negara-negara yang sangat terpengaruh budaya Eropa:
Amerika Serikat dan
Jepang.
[225]
Saat permulaan abad ini, sistem global yang didominasi oleh
kekuatan-kekuatan yang bersaing satu sama lain menjadi persoalan yang
dipenuhi ketegangan, akhirnya menyerah pada struktur negara-negara
independen yang lebih lunak yang terorganisasi menurut cara barat.
Transformasi tersebut bertumbuh menjadi serangkaian perang dengan medan dan kehancuran sangat besar.
Perang Dunia I menghancurkan banyak imperium dan kerajaan di Eropa, serta melemahkan
Britania Raya dan
Perancis.
[226] Setelah perang berakhir, ideologi-ideologi baru bermunculan.
Revolusi Rusia (1917) menyebabkan berdirinya negara
komunis,
[227] sedangkan pada dasawarsa 1920 dan 1930 terjadi
kediktatoran militer fasis di
Italia,
Jerman,
Spanyol, dan lain-lain.
[228]
Perselisihan antarnegara yang berlarut-larut, diperburuk dengan perekonomian yang kacau dan
Depresi Besar, telah mendukung terjadinya
Perang Dunia II.
[229][230] Kediktatoran militer di
Eropa dan
Jepang mengupayakan
ekspansionisme imperialis. Kekalahan mereka membuka jalan bag kemajuan
komunisme di
Eropa Tengah,
Yugoslavia,
Bulgaria,
Romania,
Albania,
Tiongkok,
Vietnam Utara, dan
Korea Utara.
1945–2000
Setelah
Perang Dunia II berakhir tahun
1945,
Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan dengan harapan menyelesaikan perselisihan antarbangsa dan mencegah peperangan pada masa depan.
[231][232] Perang tersebut menyisakan dua negara dengan kekuatan besar, yaitu
Amerika Serikat dan
Uni Soviet, yang membimbing perkara internasional.
[233]
Keduanya saling mencurigai dan takut akan persebaran global dari model
politik dan ekonomi salah satu negara tersebut. Hal itu memicu
terjadinya
Perang Dingin—perselisihan tanpa pertumpahan darah antara Amerika Serikat, Uni Soviet, dan sekutu masing-masing. Dengan pengembangan
senjata nuklir[234] dan
perlombaan senjata, umat manusia berada dalam risiko terjadinya
perang nuklir yang dipicu kedua negara adikuasa tersebut.
[k]
Perang semacam itu dianggap sulit dijalankan, sehingga pendanaan
dipakai dalam perang lewat pihak ketiga, dengan pengeluaran yang cocok
untuk negara
Dunia Ketiga tanpa senjata nuklir.
Perang Dingin
berakhir hingga tahun 1990-an, ketika sistem komunis Uni Soviet mulai
runtuh, tak mampu bersaing secara ekonomi dengan Amerika Serikat dan
Eropa Barat. Negara-negara Uni Soviet di Eropa Tengah menuntut
kedaulatan bangsa mereka sehingga pada tahun 1991, Uni Soviet pecah
menjadi sejumlah negara.
[235] Sejak saat itu, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia.
[236][237][l]
Pada beberapa dasawarsa awal abad ke-20, daerah jajahan negara-negara
Eropa—
Belgia,
Inggris,
Belanda,
Perancis, dan
imperium Eropa lainnya—di
Afrika dan
Asia mendeklarasikan kemerdekaannya secara resmi.
[239][240] Negara-negara baru merdeka tersebut menghadapi tantangan dalam bentuk
neokolonialisme, kemiskinan, buta huruf, dan
penyakit tropis endemis.
[241][242] Banyak negara di
Eropa Barat dan
Tengah yang perlahan-lahan membentuk suatu komunitas politik dan ekonomi, yaitu
Uni Eropa, yang melebar ke timur karena keikutsertaan negara-negara bekas Uni Soviet.
[243]
Astronot
Eugene Cernan saat misi
Apollo 17 (1972), pendaratan terakhir di
Bulan. Pendaratan di Bulan merupakan salah satu pencapaian besar dalam sejarah umat manusia.
Pada abad ke-20 terjadi ledakan kemajuan
sains dan
teknologi,
serta peningkatan harapan hidup dan standar kehidupan bagi sebagian
besar umat manusia. Dalam perkembangannya, perekonomian dunia beralih
dari
batu bara ke
minyak bumi seiring pembaruan dalam teknologi transportasi, mengiringi permulaan
Zaman Informasi,
[244] yang menuju pada percepatan
globalisasi.
[245][246][247]
Pada abad ini, aplikasi teknologi sudah mampu menembus
atmosfer Bumi yang memungkinkan umat manusia
menjelajahi ruang hampa di
Tata Surya. Dalam bidang
biologi, penemuan struktur
DNA[248]—pola cetakan kehidupan—dan pengurutan
genom manusia, merupakan suatu prestasi gemilang dalam pemahaman terhadap
biologi manusia dan penanganan
penyakit.
[249] Angka
melek huruf
di seluruh dunia mulai meningkat, sebaliknya persentase sumber tenaga
kerja untuk memproduksi pangan bagi umat manusia perlahan-lahan menurun.
Teknologi
perekaman suara,
film,
siaran radio dan
televisi
mengakibatkan informasi dan hiburan menyebar dengan sangat pesat.
Kemudian, pada dasawarsa terakhir pada abad tersebut, terjadi
peningkatan pada jumlah penggunaan
komputer, termasuk
komputer pribadi. Jaringan komunikasi global hadir dalam bentuk
Internet.
Media massa satu arah beralih menjadi komunikasi individual dalam
gejala yang disebut pergeseran peradaban keempat menuju peradaban
kelima.
[250]
Pada abad ini muncul beberapa ancaman global, ada yang terjadi akibat
ulah manusia atau lebih parah daripada sebelumnya, dan ada yang baru
diketahui secara luas, misalnya
pengembangan nuklir,
perubahan iklim global,
[251][252] penebangan hutan,
pembeludakan jumlah penduduk,
keberadaan asteroid dan komet di dekat Bumi,
[253] dan penyusutan
sumber daya alam (khususnya
bahan bakar fosil).
[254]
Abad ke-21
Abad ke-21 ditandai oleh
globalisasi ekonomi dan perkembangan komunikasi seperti
telepon genggam dan
Internet. Kebutuhan dunia dan pengurasan
sumber daya alam meningkat karena pertumbuhan populasi dan industrialisasi, terutama di
India,
Tiongkok, dan
Brazil. Kebutuhan ini mengakibatkan peningkatan kerusakan lingkungan dan mengembangkan ancaman
pemanasan global.
[255] Maka dari itu ada imbauan untuk pengembangan bahan bakar alternatif atau sumber energi yang dapat diperbarui (terutama
tenaga surya dan
tenaga angin), ajuan untuk teknologi
bahan bakar fosil yang lebih bersih, dan pertimbangan untuk perluasan pemakaian
tenaga nuklir (beberapa
pembangkit listrik tenaga nuklir justru mengalami bencana).
[256][257][258]